HIKMAH SAKIT BAGI SEORANG MU'MIN

Rasulullah  pernah mengatakan,“Aku mengagumi seorang mukmin karena selalu ada kebaikan dalam setiap urusannya. Jika ia mendapatkan kesenangan, ia bersyukur (kepada Allah) sehingga di dalamnya ada kebaikan. Jika ditimpa musibah, ia berserah diri (dan menjalankannya dengan sabar) bahwa di dalamnya ada kebaikan pula.” (HR Muslim)
Nah …Itulah gambaran seorang mukmin. Setiap aktivitas dalam hidupnya  selalu mendatangkan kebaikan. Dalam hadits itu rasulullah menjelaskan dua keadaan yang ada dalam diri manusia yaitu kesenangan dan kesedihan. Dua keadaan itu dapat membedakan mana yang termasuk orang mukmin dan orang yang tidak beriman . Mukmin selalu besyukur ketika mendapatkan kesenangan dan selalu bersabar ketika mendapatkan musibah.
Syukur ketika mendapatkan kebaikan/kesenangan adalah sesuatu mudah untuk dilakukan  tetapi sabar ketika mendapatkan musibah adalah sesuatu sangat sulit untuk dilakukan. Hal itulah yang akan membedakan tingkat keimanan seseorang. Semakin besar  ujian yang diterima dan dia dapat bersabar maka semakin tinggi  pela derajat seseorang.
Salah satu ujian kesabaran bagi seorang muslim adalah sakit. Sakit bagi seorang memiki banyak hikmah, diantaranya:
1. Sakit adalah penggugur dosa-dosa hamba-Nya. Penyakit yang diderita seorang hamba menjadi sebab diampuninya dosa yang telah dilakukan termasuk dosa-dosa setiap anggota tubuh. Rasulullah Saw bersabda, “Setiap getaran pembuluh darah dan mata adalah karena dosa. Sedangkan yang dihilangkan Allah dari perbuatan itu lebih banyak lagi.”
(HR. Tabrani).
2. Orang sakit yang mau bersabar akan mendapatkan pahala dan ditulis untuknya bermacam-macam kebaikan dan ditinggikan derajatnya. Rasulullah Muhammad Saw bersabda, “Tiadalah tertusuk duri atau benda yang lebih kecil dari itu pada seorang Muslim, kecuali akan ditetapkan untuknya satu derajat dan dihapuskan untuknya satu kesalahan.” (HR. Muslim dari Aisyah ra).
3. Sebagai timbal baliknya, ia akan selamat dari siksa neraka. “Aisyah Ummul Mukminin menerangkan sabda Rasulullah Saw bahwasannya sakit karena demam itu akan menghindarkan orang Mukmin dari siksa api neraka.” (HR. Al-Bazzar)
4. Selalu ingat pada Allah. Dalam kondisi sakit akan membuat orang merasa benar-benar lemah, tidak berdaya sehingga ia akan bersungguh-sungguh memohon perlindungan kepada Allah Swt., Dzat yang mungkin telah ia lalaikan selama ini. Kepasrahan ini pula yang menuntunnya untuk bertobat.

5.
Selalu mengingat nikmat Allah. Sakit membuat orang tahu manfaat sehat. Tidak jarang orang merasakan nikmat justru ketika sakit. Begitu banyak nikmat Allah yang selama ini lalai untuk ia syukuri. Bagi orang yang banyak bersyukur dalam sakit, ia akan memperoleh nikmat.

6.
Pembersihan hati dari penyakit. Pendapat Ibnu Qayyim, “Kalau manusia itu tidak pernah mendapat cobaan dengan sakit dan pedih, maka ia akan menjadi manusia ujub dan takabur. Hatinya menjadi kasar dan jiwanya beku. Karenanya, musibah dalam bentuk apapun adalah rahmat Allah yang disiramkan kepadanya. Akan membersihkan karatan jiwanya dan menyucikan ibadahnya. Itulah obat dan penawar kehidupan yang diberikan Allah untuk setiap orang beriman. Ketika ia menjadi bersih dan suci karena penyakitnya, maka martabatnya diangkat dan jiwanya dimuliakan. Pahalanya pun berlimpah-limpah apabila penyakit yang menimpa dirinya diterimanya dengan sabar dan ridha.”
Semoga kita dapat mengambil pelajaran dari hadits di atas dan bisa menjadi seorang muslim yang baik.

Kisah Isro' Mi'roj Nabi Muhammad Saw

Diterjemahkan dengan ringkas dari Kitab Al Anwaarul Bahiyyah Min Israa’ Wa Mi’raaj Khoiril Bariyyah
Karya Al Imam Al Muhaddits As Sayyid Muhammad bin Alawy Al Hasany RA.
Pada suatu malam Nabi Muhammad SAW berada di Hijir Ismail dekat Ka’bah al Musyarrofah, saat itu beliau berbaring diantara paman beliau, Sayyiduna Hamzah dan sepupu beliau, Sayyiduna Jakfar bin Abi Thalib, tiba-tiba Malaikat Jibril, Mikail dan Israfil menghampiri beliau lalu membawa beliau ke arah sumur zamzam, setibanya di sana kemudian mereka merebahkan tubuh Rasulullah untuk dibelah dada beliau oleh Jibril AS.
Dalam riwayat lain disebutkan suatu malam terbuka atap rumah Beliau saw, kemudian turun Jibril AS, lalu Jibril membelah dada beliau yang mulya sampai di bawah perut beliau, lalu Jibril berkata kepada Mikail:
“Datangkan kepadaku nampan dengan air zam-zam agar aku bersihkan hatinya dan aku lapangkan dadanya”.
Dan perlu diketahui bahwa penyucian ini bukan berarti hati Nabi kotor, tidak, justru Nabi sudah diciptakan oleh Allah dengan hati yang paling suci dan mulya, hal ini tidak lain untuk menambah kebersihan diatas kebersihan, kesucian diatas kesucian, dan untuk lebih memantapkan dan menguatkan hati beliau, karena akan melakukan suatu perjalanan maha dahsyat dan penuh hikmah serta sebagai kesiapan untuk berjumpa dengan Allah SWT.
Kemudian Jibril AS mengeluarkan hati beliau yang mulya lalu menyucinya tiga kali, kemudian didatangkan satu nampan emas dipenuhi hikmah dan keimanan, kemudian dituangkan ke dalam hati beliau, maka penuhlah hati itu dengan kesabaran, keyakinan, ilmu dan kepasrahan penuh kepada Allah, lalu ditutup kembali oleh Jibril AS.
Setelah itu disiapkan untuk Baginda Rasulullah binatang Buroq lengkap dengan pelana dan kendalinya, binatang ini berwarna putih, lebih besar dari himar lebih rendah dari baghal, dia letakkan telapak kakinya sejauh pandangan matanya, panjang kedua telinganya, jika turun dia mengangkat kedua kaki depannya, diciptakan dengan dua sayap pada sisi pahanya untuk membantu kecepatannya.
Saat hendak menaikinya, Nabi Muhammad merasa kesulitan, maka meletakkan tangannya pada wajah buroq sembari berkata: “Wahai buroq, tidakkah kamu merasa malu, demi Allah tidak ada Makhluk Allah yang menaikimu yang lebih mulya daripada dia (Rasulullah)”, mendengar ini buroq merasa malu sehingga sekujur tubuhnya berkeringat, setelah tenang, naiklah Rasulullah keatas punggungnya, dan sebelum beliau banyak Anbiya’ yang menaiki buroq ini.
Dalam perjalanan, Jibril menemani disebelah kanan beliau, sedangkan Mikail di sebelah kiri, menurut riwayat Ibnu Sa’ad, Jibril memegang sanggurdi pelana buroq, sedang Mikail memegang tali kendali.
(Mereka terus melaju, mengarungi alam Allah SWT yang penuh keajaiban dan hikmah dengan Inayah dan RahmatNya), di tengah perjalanan mereka berhenti di suatu tempat yang dipenuhi pohon kurma, lantas malaikat Jibril berkata: “Turunlah disini dan sholatlah”, setelah Beliau sholat, Jibril berkata: “Tahukah anda di mana Anda sholat?”, “Tidak”, jawab beliau, Jibril berkata: “Anda telah sholat di Thoybah (Nama lain dari Madinah) dan kesana anda akan berhijrah”.
Kemudian buroq berangkat kembali melanjutkan perjalanan, secepat kilat dia melangkahkan kakinya sejauh pandangan matanya, tiba-tiba Jibril berseru: “berhentilah dan turunlah anda serta sholatlah di tempat ini!”, setelah sholat dan kembali ke atas buroq, Jibril memberitahukan bahwa beliau sholat di Madyan, di sisi pohon dimana dahulu Musa bernaung dibawahnya dan beristirahat saat dikejar-kejar tentara Firaun.
Dalam perjalanan selanjutnya Nabi Muhammad turun di Thur Sina’, sebuah lembah di Syam, tempat dimana Nabi Musa berbicara dengan Allah SWT, beliau pun sholat di tempat itu. Kemudian beliau sampai di suatu daerah yang tampak kepada beliau istana-istana Syam, beliau turun dan sholat disana. Kemudian Jibril memberitahukan kepada beliau dengan berkata: “Anda telah sholat di Bait Lahm (Betlehem, Baitul Maqdis), tempat dilahirkan Nabi Isa bin Maryam”.
Setelah melanjutkan perjalanan, tiba-tiba beliau melihat Ifrit dari bangsa Jin yang mengejar beliau dengan semburan api, setiap Nabi menoleh beliau melihat Ifrit itu. Kemudian Jibril berkata:“Tidakkah aku ajarkan kepada anda beberapa kalimat, jika anda baca maka akan memadamkan apinya dan terbalik kepada wajahnya lalu dia binasa?”
Kemudian Jibril AS memberitahukan doa tersebut kepada Rasulullah. Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan sampai akhirnya bertemu dengan suatu kaum yang menanam benih pada hari itu dan langsung tumbuh besar dan dipanen hari itu juga, setiap kali dipanen kembali seperti awalnya dan begitu seterusnya, melihat keanehan ini Beliau SAW bertanya: “Wahai Jibril, siapakah mereka itu?”, Jibril menjawab:” mereka adalah para Mujahid fi sabilillah, orang yang mati syahid di jalan Allah, kebaikan mereka dilipatgandakan sampai 700 kali.
Kemudian beberapa saat kemudian beliau mencium bau wangi semerbak, beliau bertanya: “Wahai Jibril bau wangi apakah ini?”, “Ini adalah wanginya Masyithoh, wanita yang menyisir anak Firaun, dan anak-anaknya”, jawab Jibril AS.
Masyitoh adalah tukang sisir anak perempuan Firaun, ketika dia melakukan pekerjaannya tiba-tiba sisirnya terjatuh, spontan dia mengatakan: “Bismillah, celakalah Firaun”, mendengar ini anak Firaun bertanya: “Apakah kamu memiliki Tuhan selain ayahku?”, Masyithoh menjawab: “Ya”.Kemudian dia mengancam akan memberitahukan hal ini kepada Firaun. Setelah dihadapkan kepada Raja yang Lalim itu, dia berkata: “Apakah kamu memiliki Tuhan selain aku?”, Masyithoh menjawab: “Ya, Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah”.
Mengetahui keteguhan iman Masyithoh, kemudian Firaun mengutus seseorang untuk menarik kembali dia dan suaminya yang tetap beriman kepada Allah agar murtad, jika tidak maka mereka berdua dan kedua anaknya akan disiksa, tapi keimanan masih menetap di hati Masyithoh dan suaminya, justru dia berkata: “Jika kamu hendak membinasakan kami, silahkan, dan kami harap jika kami terbunuh kuburkan kami dalam satu tempat”.
Maka Firaun memerintahkan agar disediakan kuali raksasa dari tembaga yang diisi minyak dan air kemudian dipanasi, setelah betul-betul mendidih, dia memerintahkan agar mereka semua dilemparkan ke dalamnya, satu persatu mereka syahid, sekarang tinggal Masyithoh dan anaknya yang masih menyusu berada dalam dekapannya, kemudian anak itu berkata: “Wahai ibuku, lompatlah, jangan takut, sungguh engkau berada pada jalan yang benar”, kemudian dilemparlah dia dan anaknya.
Kemudian di tengah perjalanan, beliau juga bertemu dengan sekelompok kaum yang menghantamkan batu besar ke kepala mereka sendiri sampai hancur, setiap kali hancur, kepala yang remuk itu kembali lagi seperti semula dan begitu seterusnya. Jibril menjelaskan bahwa mereka adalah manusia yang merasa berat untuk melaksanakan kewajiban sholat.
Kemudian beliau juga bertemu sekelompok kaum, di hadapan mereka ada daging yang baik yang sudah masak, sementara di sisi lain ada daging yang mentah lagi busuk, tapi ternyata mereka lebih memilih untk menyantap daging yang mentah lagi busuk, ketika Rasulullah menanyakan perihal ini, Jibril menjawab: “Mereka adalah manusia yang sudah mempunyai isteri yang halal untuknya, tapi dia justru berzina (berselingkuh) dengan wanita yang jelek (hina), dan begitupula mereka adalah para wanita yang mempunyai suami yang halal baginya tapi justru dia mengajak laki-laki lain untuk berzina dengannya”.
Ketika beliau melanjutkan perjalanan, tiba-tiba seseorang memanggil beliau dari arah kanan:“Wahai Muhammad, aku meminta kepadamu agar kamu melihat aku”, tapi Rasulullah tidak memperdulikannya. Kemudian Jibril menjelaskan bahwa itu adalah panggilan Yahudi, seandainya beliau menjawab panggilan itu maka umat beliau akan menjadi Yahudi. Begitu pula beliau mendapat seruan serupa dari sebelah kirinya, yang tidak lain adalah panggilan nashrani, namun Nabi tidak menjawabnya. Walhamdulillah.
Kemudian tiba-tiba muncul di hadapan beliau seorang wanita dengan segala perhiasan di tangannya dan seluruh tubuhnya, dia berkata: “Wahai Muhammad lihatlah kepadaku”, tapi Rasulullah tidak menoleh kepadanya, Jibril berkata: “Wahai Nabi itu adalah dunia, seandainya anda menjawab panggilannya maka umatmu akan lebih memilih dunia daripada akhirat”.
Demikianlah perjalanan ditempuh oleh beliau SAW dengan ditemani Jibril dan Mikail, begitu banyak keajaiban dan hikmah yang beliau temui dalam perjalanan itu sampai akhirnya beliau berhenti di Baitul Maqdis (Masjid al Aqsho). Beliau turun dari Buraq lalu mengikatnya pada salah satu sisi pintu masjid, yakni tempat dimana biasanya Para Nabi mengikat buraq di sana.
Kemudian beliau masuk ke dalam masjid bersama Jibril AS, masing-masing sholat dua rakaat. Setelah itu sekejab mata tiba-tiba masjid sudah penuh dengan sekelompok manusia, ternyata mereka adalah para Nabi yang diutus oleh Allah SWT. Kemudian dikumandangkan adzan dan iqamah, lantas mereka berdiri bershof-shof menunggu siapakah yang akan mengimami mereka, kemudian Jibril AS memegang tangan Rasulullah SAW lalu menyuruh beliau untuk maju, kemudian mereka semua sholat dua rakaat dengan Rasulullah sebagai imam. Beliaulah Imam (Pemimpin) para Anbiya’ dan Mursalin.
Setelah itu Rasulullah SAW merasa haus, lalu Jibril membawa dua wadah berisi khamar dan susu, Rasulullah memilih wadah berisi susu lantas meminumnya, Jibril berkata: “Sungguh anda telah memilih kefitrahan yaitu al Islam, jika anda memilih khamar niscaya umat anda akan menyimpang dan sedikit yang mengikuti syariat anda”.
Setelah melakukan Isra’ dari Makkah al Mukarromah sampai ke Masjid al Aqsha, Baitul Maqdis, kemudian beliau disertai malaikat Jibril AS siap untuk melakukan Mi’raj yakni naik menembus berlapisnya langit ciptaan Allah yang Maha Perkasa sampai akhirnya beliau SAW berjumpa dengan Allah dan berbicara dengan Nya, yang intinya adalah beliau dan umat ini mendapat perintah sholat lima waktu. Sungguh merupakan nikmat dan anugerah yang luar biasa bagi umat ini, di mana Allah SWT memanggil Nabi-Nya secara langsung untuk memberikan dan menentukan perintah ibadah yang sangat mulya ini. Cukup kiranya hal ini sebagai kemulyaan ibadah sholat. Sebab ibadah lainnya diperintah hanya dengan turunnya wahyu kepada beliau, namun tidak dengan ibadah sholat, Allah memanggil Hamba yang paling dicintainya yakni Nabi Muhammad SAW ke hadirat Nya untuk menerima perintah ini.
Ketika beliau dan Jibril sampai di depan pintu langit dunia (langit pertama), ternyata disana berdiri malaikat yang bernama Ismail, malaikat ini tidak pernah naik ke langit atasnya dan tidak pernah pula turun ke bumi kecuali disaat meninggalnya Rasulullah SAW, dia memimpin 70 ribu tentara dari malaikat, yang masing-masing malaikat ini membawahi 70 ribu malaikat pula.
Jibril meminta izin agar pintu langit pertama dibuka, maka malaikat yang menjaga bertanya:
“Siapakah ini?”
Jibril menjawab: “Aku Jibril.”
Malaikat itu bertanya lagi: “Siapakah yang bersamamu?”
Jibril menjawab: “Muhammad saw.”
Malaikat bertanya lagi: “Apakah beliau telah diutus (diperintah)?”
Jibril menjawab: “Benar”.
Setelah mengetahui kedatangan Rasulullah malaikat yang bermukim disana menyambut dan memuji beliau dengan berkata:
“Selamat datang, semoga keselamatan menyertai anda wahai saudara dan pemimpin, andalah sebaik-baik saudara dan pemimpin serta paling utamanya makhluk yang datang”.
Maka dibukalah pintu langit dunia ini”.
Setelah memasukinya beliau bertemu Nabi Adam dengan bentuk dan postur sebagaimana pertama kali Allah menciptakannya. Nabi saw bersalam kepadanya, Nabi Adam menjawab salam beliau seraya berkata:
“Selamat datang wahai anakku yang sholeh dan nabi yang sholeh”.
Di kedua sisi Nabi Adam terdapat dua kelompok, jika melihat ke arah kanannya, beliau tersenyum dan berseri-seri, tapi jika memandang kelompok di sebelah kirinya, beliau menangis dan bersedih. Kemudian Jibril AS menjelaskan kepada Rasulullah, bahwa kelompok disebelah kanan Nabi Adam adalah anak cucunya yang bakal menjadi penghuni surga sedang yang di kirinya adalah calon penghuni neraka.
Kemudian Rasulullah melanjutkan perjalanannya di langit pertama ini, tiba-tiba pandangan beliau tertuju pada kelompok manusia yang dihidangkan daging panggang dan lezat di hadapannya, tapi mereka lebih memilih untuk menyantap bangkai disekitarnya. Ternyata mereka adalah manusia yang suka berzina, meninggalkan yang halal untuk mereka dan mendatangi yang haram.
Kemudian beliau berjalan sejenak, dan tampak di hadapan beliau suatu kaum dengan perut membesar seperti rumah yang penuh dengan ular-ular, dan isi perut mereka ini dapat dilihat dari luar, sehingga mereka sendiri tidak mampu membawa perutnya yang besar itu. Mereka adalah manusia yang suka memakan riba.Disana beliau juga menemui suatu kaum, daging mereka dipotong-potong lalu dipaksa agar memakannya, lalu dikatakan kepada mereka:
“makanlah daging ini sebagaimana kamu memakan daging saudaramu di dunia, yakni menggunjing atau berghibah”.
Kemudian beliau naik ke langit kedua, seperti sebelumnya malaikat penjaga bertanya seperti pertanyaan di langit pertama. Akhirnya disambut kedatangan beliau SAW dan Jibril AS seperti sambutan sebelumnya. Di langit ini beliau berjumpa Nabi Isa bin Maryam dan Nabi Yahya bin Zakariya, keduanya hampir serupa baju dan gaya rambutnya. Masing-masing duduk bersama umatnya.
Nabi saw menyifati Nabi Isa bahwa dia berpostur sedang, putih kemerah-merahan warna kulitnya, rambutnya lepas terurai seakan-akan baru keluar dari hammam, karena kebersihan tubuhnya. Nabi menyerupakannya dengan sahabat beliau ‘Urwah bin Mas’ud ats Tsaqafi.
Nabi bersalam kepada keduanya, dan dijawab salam beliau disertai sambutan: “Selamat datang wahai saudaraku yang sholeh dan nabi yang sholeh”.
Kemudian tiba saatnya beliau melanjutkan ke langit ketiga, setelah disambut baik oleh para malaikat, beliau berjumpa dengan Nabi Yusuf bin Ya’kub. Beliau bersalam kepadanya dan dibalas dengan salam yang sama seperti salamnya Nabi Isa.
Nabi berkomentar: “Sungguh dia telah diberikan separuh ketampanan”. Dalam riwayat lain, beliau bersabda: “Dialah paling indahnya manusia yang diciptakan Allah, dia telah mengungguli ketampanan manusia lain ibarat cahaya bulan purnama mengalahkan cahaya seluruh bintang”.
Ketika tiba di langit keempat, beliau berjumpa Nabi Idris AS. Kembali beliau mendapat jawaban salam dan doa yang sama seperti Nabi-Nabi sebelumnya.
Di langit kelima, beliau berjumpa Nabi Harun bin ‘Imran AS, separuh janggutnya hitam dan seperuhnya lagi putih (karena uban), lebat dan panjang. Di sekitar Nabi Harun tampak umatnya sedang khusyu’ mendengarkan petuahnya.
Setelah sampai di langit keenam, beliau berjumpa beberapa nabi dengan umat mereka masing-masing, ada seorang nabi dengan umat tidak lebih dari 10 orang, ada lagi dengan umat di atas itu, bahkan ada lagi seorang nabi yang tidak ada pengikutnya.
Kemudian beliau melewati sekelompok umat yang sangat banyak menutupi ufuk, ternyata mereka adalah Nabi Musa dan kaumnya. Kemudian beliau diperintah agar mengangkat kepala beliau yang mulya, tiba-tiba beliau tertegun dan kagum karena pandangan beliau tertuju pada sekelompok umat yang sangat banyak, menutupi seluruh ufuk dari segala sisi, lalu ada suara:“Itulah umatmu, dan selain mereka terdapat 70 ribu orang yang masuk surga tanpa hisab “.
Pada tahapan langit keenam inilah beliau berjumpa dengan Nabi Musa AS, seorang nabi dengan postur tubuh tinggi, putih kemerah-merahan kulit beliau. Nabi saw bersalam kepadanya dan dijawab oleh beliau disertai dengan doa. Setelah itu Nabi Musa berkata: “Manusia mengaku bahwa aku adalah paling mulyanya manusia di sisi Allah, padahal dia (Rasulullah saw) lebih mulya di sisi Allah daripada aku”.
Setelah Rasulullah melewati Nabi Musa, beliau menangis. Kemudian ditanya akan hal tersebut. Beliau menjawab: “Aku menangis karena seorang pemuda yang diutus jauh setelah aku, tapi umatnya lebih banyak masuk surga daripada umatku”.

Kemudian Rasulullah saw memasuki langit ketujuh, di sana beliau berjumpa Nabi Ibrahim AS sedang duduk di atas kursi dari emas di sisi pintu surga sambil menyandarkan punggungnya pada Baitul Makmur, di sekitarnya berkumpul umatnya.
Setelah Rasulullah bersalam dan dijawab dengan salam dan doa serta sambutan yang baik, Nabi Ibrahim berpesan: “Perintahkanlah umatmu untuk banyak menanam tanaman surga, sungguh tanah surga sangat baik dan sangat luas”. Rasulullah bertanya: “Apakah tanaman surga itu?”, Nabi Ibrahim menjawab: “(Dzikir) Laa haula wa laa quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adziim“.
Dalam riwayat lain beliau berkata: “Sampaikan salamku kepada umatmu, beritakanlah kepada mereka bahwa surga sungguh sangat indah tanahnya, tawar airnya dan tanaman surgawi adalah Subhanallah wal hamdu lillah wa laa ilaaha illallah wallahu akbar”.
Kemudian Rasulullah diangkat sampai ke Sidratul Muntaha, sebuah pohon amat besar sehingga seorang penunggang kuda yang cepat tidak akan mampu untuk mengelilingi bayangan di bawahnya sekalipun memakan waktu 70 tahun. Dari bawahnya memancar sungai air yang tidak berubah bau, rasa dan warnanya, sungai susu yang putih bersih serta sungai madu yang jernih. Penuh dengan hiasan permata zamrud dan sebagainya sehingga tidak seorang pun mampu melukiskan keindahannya.
Kemudian beliau saw diangkat sampai akhirnya berada di hadapan telaga Al Kautsar, telaga khusus milik beliau saw. Setelah itu beliau memasuki surga dan melihat disana berbagai macam kenikmatan yang belum pernah dipandang mata, didengar telinga dan terlintas dalam hati setiap insan.
Begitu pula ditampakkan kepada beliau neraka yang dijaga oleh malaikat Malik, malaikat yang tidak pernah tersenyum sedikitpun dan tampak kemurkaan di wajahnya.
Dalam satu riwayat, setelah beliau melihat surga dan neraka, maka untuk kedua kalinya beliau diangkat ke Sidratul Muntaha, lalu beliau diliputi oleh awan dengan beraneka warna, pada saat inilah Jibril mundur dan membiarkan Rasulullah berjalan seorang diri, karena Jibril tahu hanya beliaulah yang mampu untuk melakukan hal ini, berjumpa dengan Allah SWT.
Setelah berada di tempat yang ditentukan oleh Allah, tempat yang tidak seorang makhlukpun diizinkan berdiri disana, tempat yang tidak seorangpun makhluk mampu mencapainya, beliau melihatNya dengan mata beliau yang mulya. Saat itu langsung beliau bersujud di hadapan Allah SWT.
Allah berfirman: “Wahai Muhammad.”Labbaik wahai Rabbku”, sabda beliau.
“Mintalah sesuka hatimu”, firman Nya.
Nabi bersabda: “Ya Allah, Engkau telah menjadikan Ibrahim sebagai Khalil (kawan dekat), Engkau mengajak bicara Musa, Engkau berikan Dawud kerajaan dan kekuasaan yang besar, Engkau berikan Sulaiman kerajaan agung lalu ditundukkan kepadanya jin, manusia dan syaitan serta angin, Engkau ajarkan Isa at Taurat dan Injil dan Engkau jadikan dia dapat mengobati orang yang buta dan belang serta menghidupkan orang mati”.
Kemudian Allah berfirman: “Sungguh Aku telah menjadikanmu sebagai kekasihKu”.
Dalam Shohih Imam Muslim diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik, bahwa rasulullah bersabda: ” … kemudian Allah mewajibkan kepadaku (dan umat) 50 sholat sehari semalam, lalu aku turun kepada Musa (di langit ke enam), lalu dia bertanya: “Apa yang telah Allah wajibkan kepada umat anda?”
Aku menjawab: “50 sholat”,
Musa berkata: “kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan sebab umatmu tidak akan mampu untuk melakukannya”,
Maka aku kembali kepada Allah agar diringankan untuk umatku, lalu diringankan 5 sholat (jadi 45 sholat), lalu aku turun kembali kepada Musa, tapi Musa berkata: “Sungguh umatmu tidak akan mampu melakukannya, maka mintalah sekali lagi keringanan kepada Allah”.
Maka aku kembali lagi kepada Allah, dan demikianlah terus aku kembali kepada Musa dan kepada Allah sampai akhirnya Allah berfirman: “Wahai Muhammad, itu adalah kewajiban 5 sholat sehari semalam, setiap satu sholat seperti dilipatgandakan menjadi 10, maka jadilah 50 sholat”.
Maka aku beritahukan hal ini kepada Musa, namun tetap dia berkata:“Kembalilah kepada Rabbmu agar minta keringanan”,
Maka aku katakan kepadanya: “Aku telah berkali-kali kembali kepadaNya sampai aku malu kepadaNYa”.
Setelah beliau menerima perintah ini, maka beliau turun sampai akhirnya menaiki buraq kembali ke kota Makkah al Mukarromah, sedang saat itu masih belum tiba fajar.
Pagi harinya beliau memberitahukan mukjizat yang agung ini kepada umatnya, maka sebagian besar diantara mereka mendustakan bahkan mengatakan nabi telah gila dan tukang sihir, saat itu pertama umat yang membenarkan dan mempercayai beliau adalah Sayyiduna Abu Bakar, maka pantaslah beliau bergelar As Shiddiq, bahkan tidak sedikit diantara mereka yang tadinya beriman, kembali murtad keluar dari syariat.
Sungguh keimanan itu intinya adalah membenarkan dan percaya serta pasrah terhadap semua yang dibawa dan diberitakan Nabi Muhammad SAW, sebab beliau tidak mungkin berbohong apalagi berkhianat dalam Risalah dan Dakwah beliau. Beliaulah Nabi yang mendapat gelar Al Amiin (dipercaya), Ash Shoodiq (selalu jujur) dan Al Mashduuq (yang dibenarkan segala ucapannya). Shollallahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam.
Inilah ringkasan dari perjalanan Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW yang kami nukil dengan ringkas dari kitab Al Anwaarul Bahiyyah dan Dzikrayaat wa Munaasabaat, keduanya karya Al Imam Al Muhaddits As Sayyid Muhammad bin Alawy al Maliky al Hasany RA, Mahaguru dari Al Ustadz al habib Sholeh bin Ahmad al Aydrus.
‎001. (Maha Suci) artinya memahasucikan (Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya) yaitu Nabi Muhammad saw. (pada suatu malam) lafal lailan dinashabkan karena menjadi zharaf. Arti lafal al-isra ialah melakukan perjalanan di malam hari; disebutkan untuk memberikan pengertian bahwa perjalanan yang dilakukan itu dalam waktu yang sedikit; oleh karenanya diungkapkan dalam bentuk nakirah untuk mengisyaratkan kepada pengertian itu (dari Masjidilharam ke Masjidilaksa) yakni Baitulmakdis; dinamakan Masjidilaksa mengingat tempatnya yang jauh dari Masjidilharam (yang telah Kami berkahi sekelilingnya) dengan banyaknya buah-buahan dan sungai-sungai (agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda Kami) yaitu sebagian daripada keajaiban-keajaiban kekuasaan Kami. (Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui) artinya yang mengetahui semua perkataan dan pekerjaan Nabi saw. Maka Dia melimpahkan nikmat-Nya kepadanya dengan memperjalankannya di suatu malam; di dalam perjalanan itu antara lain ia sempat berkumpul dengan para nabi; naik ke langit; melihat keajaiban-keajaiban alam malakut dan bermunajat langsung dengan Allah swt. Sehubungan dengan peristiwa ini Nabi saw. menceritakannya melalui sabdanya, "Aku diberi buraq; adalah seekor hewan yang berbulu putih; tingginya lebih dari keledai akan tetapi lebih pendek daripada bagal; bila ia terbang kaki depannya dapat mencapai batas pandangan matanva. Lalu aku menaikinya dan ia membawaku hingga sampai di Baitulmakdis. Kemudian aku tambatkan ia pada tempat penambatan yang biasa dipakai oleh para nabi. Selanjutnya aku memasuki Masjidilaksa dan melakukan salat dua rakaat di dalamnya. Setelah itu aku keluar dari Masjidilaksa datanglah kepadaku malaikat Jibril seraya membawa dua buah cawan; yang satu berisikan khamar sedangkan yang lain berisikan susu. Aku memilih cawan yang berisikan susu, lalu malaikat Jibril berkata, 'Engkau telah memilih fitrah (yakni agama Islam).' Nabi saw. melanjutkan kisahnya, kemudian malaikat Jibril membawaku naik ke langit dunia (langit pertama), lalu malaikat Jibril mengetuk pintu langit; ditanyakan lagi kepadanya, 'Siapakah kamu?' Malaikat Jibril menjawab, 'Jibril.' Ditanyakan lagi kepadanya, 'Siapakah yang bersamamu itu?' Malaikat Jibril menjawab, 'Muhammad.' Ditanyakan lagi kepadanya, 'Apakah dia telah diutus untuk menemui-Nya?' Malaikat Jibril menjawab, 'Dia telah diutus untuk menemui-Nya.' Kemudian pintu langit pertama dibukakan bagi kami; tiba-tiba di situ aku bertemu dengan Nabi Adam. Nabi Adam menyambut kedatanganku, dan ia mendoakan kebaikan untukku. Kemudian malaikat Jibril membawaku naik ke langit yang kedua, malaikat Jibril mengetuk pintu langit yang kedua. Lalu ditanyakan kepadanya, 'Siapakah kamu?' Malaikat Jibril menjawab, 'Jibril.' Ditanyakan lagi kepadanya, 'Siapakah orang yang bersamamu itu?' Malaikat Jibril menjawab, 'Muhammad.' Ditanyakan lagi kepadanya, 'Apakah dia telah diutus untuk menghadap kepada-Nya?' Malaikat Jibril menjawab, 'Dia telah diutus untuk menemui-Nya.' Maka pintu langit yang kedua dibukakan bagi kami; tiba-tiba aku bertemu dengan dua orang anak bibiku, yaitu Nabi Yahya dan Nabi Isa. Lalu keduanya menyambut kedatanganku, dan keduanya mendoakan kebaikan buatku. Kemudian malaikat Jibril membawaku naik ke langit yang ketiga, maka malaikat Jibril mengetuk pintu langit yang ketiga, lalu ditanyakan kepadanya, 'Siapakah kamu?' Malaikat Jibril menjawab, 'Jibril.' Ditanyakan lagi kepadanya, 'Siapakah orang yang bersamamu itu?' Malaikat Jibril menjawab, 'Muhammad.' Ditanyakan lagi kepadanya, 'Apakah dia telah diutus untuk menemui-Nya?' Malaikat Jibril menjawab, 'Dia telah diutus untuk menemui-Nya.' Maka dibukakanlah pintu langit ketiga bagi kami, tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Yusuf; dan ternyata ia telah dianugerahi separuh daripada semua keelokan. Nabi Yusuf menyambut kedatanganku, lalu ia mendoakan kebaikan bagiku. Kemudian malaikat Jibril membawaku naik ke langit yang keempat, maka malaikat Jibril mengetuk pintu langit. Lalu ditanyakan kepadanya, 'Siapakah kamu?' Malaikat Jibril menjawab. 'Jibril.' Ditanyakan lagi kepadanya, 'Siapakah orang yang bersamamu itu?' Malaikat Jibril menjawab, 'Muhammad.' Ditanyakan lagi kepadanya, 'Apakah dia telah diutus untuk menemui-Nya?' Malaikat Jibril menjawab, 'Dia telah diutus untuk menemui-Nya.' Maka pintu langit yang keempat dibukakan bagi kami; tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Idris, ia menyambut kedatanganku dan mendoakan kebaikan bagiku. Kemudian malaikat Jibril membawaku ke langit yang kelima, lalu malaikat Jibril mengetuk pintu langit yang kelima, maka ditanyakan kepadanya, 'Siapakah kamu?' Malaikat Jibril menjawab, 'Jibril.' Dan ditanyakan lagi kepadanya, 'Siapakah orang yang bersamamu itu?' Malaikat Jibril menjawab, 'Muhammad.' Ditanyakan lagi kepadanya, 'Apakah dia telah diutus untuk menemui-Nya?' Malaikat Jibril menjawab, 'Dia telah diutus untuk menemui-Nya.' Lalu dibukakanlah pintu langit yang kelima bagi kami; tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Harun, ia menyambut kedatanganku dan mendoakan kebaikan bagiku. Selanjutnya malaikat Jibril membawaku naik ke langit yang keenam, lalu ia mengetuk pintunva, ditanyakan kepadanya, 'Siapakah kamu?' Malaikat Jibril menjawab, 'Jibril.' Ditanyakan lagi kepadanya, 'Siapakah orang yang bersamamu itu?' Malaikat Jibril menjawab, 'Muhammad.' Ditanyakan lagi kepadanya, 'Apakah dia telah diutus untuk menemui-Nya?' Malaikat Jibril menjawab, 'Dia telah diutus untuk menemui-Nya.' Maka dibukakanlah pintu langit yang keenam buat kami, tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Musa, lalu Nabi Musa menyambut kedatanganku, dan ia mendoakan kebaikan bagiku. Kemudian malaikat Jibril membawaku naik ke langit yang ketujuh, lalu ia mengetuk pintunya. Ditanyakan kepadanya, 'Siapakah kamu?' Malaikat Jibril menjawab, 'Jibril.' Ditanyakan lagi kepadanya, 'Siapakah orang yang bersamamu itu?' Malaikat Jibril menjawab, 'Muhammad.' Ditanyakan lagi kepadanya, 'Apakah dia telah diutus untuk menemui-Nya?' Malaikat Jibril menjawab, 'Dia telah diutus untuk menemui-Nya.' Maka dibukakanlah pintu langit yang ketujuh bagi kami; tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Ibrahim. Kedapatan ia bersandar pada Baitulmakmur.
Ternyata Baitulmakmur itu setiap harinya dimasuki oleh tujuh puluh ribu malaikat, yang selanjutnya mereka tidak kembali lagi padanya. Kemudian malaikat Jibril membawaku naik ke Sidratul Muntaha, kedapatan daun-daunnya bagaikan telinga-telinga gajah dan buah-buahan bagaikan tempayan-tempayan yang besar. Ketika semuanya tertutup oleh nur Allah, semuanya menjadi berubah. Maka kala itu tidak ada seorang makhluk Allah pun yang dapat menggambarkan keindahannya. Rasulullah saw. melanjutkan kisahnya, maka Allah mewahyukan kepadaku secara langsung, dan Dia telah (mewajibkan) kepadaku lima puluh kali salat untuk setiap hari. Setelah itu lalu aku turun hingga sampai ke tempat Nabi Musa (langit yang keenam). Maka Nabi Musa bertanya kepadaku, 'Apakah yang diwajibkan oleh Rabbmu atas umatmu?' Aku menjawab, 'Lima puluh kali salat untuk setiap harinya.' Nabi Musa berkata, 'Kembalilah kepada Rabbmu, lalu mintalah keringanan dari-Nya karena sesungguhnya umatmu niscava tidak akan kuat melaksanakannya; aku telah mencoba Bani Israel dan telah menguji mereka.' Rasulullah saw. melanjutkan kisahnya, maka aku kembali kepada Rabbku, lalu aku memohon, 'Wahai Rabbku, ringankanlah buat umatku.' Maka Allah meringankan lima waktu kepadaku. Lalu aku kembali menemui Nabi Musa. Dan Nabi Musa bertanya, 'Apakah yang telah kamu lakukan?' Aku menjawab, 'Allah telah meringankan lima waktu kepadaku.' Maka Nabi Musa bertanya, 'Sesungguhnya umatmu niscaya tidak akan kuat melakukan hal tersebut, maka kembalilah lagi kepada Rabbmu dan mintalah keringanan buat umatmu kepada-Nya.' Rasulullah melanjutkan kisahnya, maka aku masih tetap mondar-mandir antara Rabbku dan Nabi Musa, dan Dia meringankan kepadaku lima waktu demi lima waktu. Hingga akhirnya Allah berfirman, 'Hai Muhammad, salat lima waktu itu untuk tiap sehari semalam; pada setiap salat (tafsir jalalain)

CARA NENAGAN REZEQI

wasiat para karuhun urang kapungkur;
TEANGAN REJEKI BARI TEU NGARUGIKEUN ANU SEJEN.
lamun dlur2 ninggal cariosan anu di sebatkeun karuhun carana nenagan rezeki piraku teu kataji,sabab setiap jelema anu otakna sehat jeung waras,pasti butuheun ku rejeki.
ngan bae ulah boga anggapan yen simkuring boga cupu manik atawa lampu aladin anu sakiceup bisa nyiptakeun gedong singgrong,sakiceup bisa nyiptakeun leuweung jadi kota. oge simkueing lain hiji dukun kampiun anu sok ngampar di emper toko,mere pituah carna hayng beunghar,bari manehna sorangan malarat,atawa hiji dukun japilus anu sok ngamistik kodeu buntut naudzubillah,,.

tapi iyeumah itung2 hiji mandor anu ngajak marak ka anak buahna di walungan,ripuhnamah walatra,tapi hasilnamah beda2. aya nu meunang mujaer,lele,bogo,makah aya oge anu mucekil meunang lauk emas endogan,di sagigireun anu nihil sama sakali teu meunang cecere cecere acan. nupuguhmah tarng buncunur kana batu,sukuna kacugak baloboran getih,ditambah pipina jantowor di cabok batur sabab ngarontok hak anu lian.
dauh anu agung dina Al Qur'an surah Al mulk ayat 15 anu hartosna wallohu'alam: "anjeuna anu mangdabelkeun iyeu bumi keur maraneh bari gampang di gunakeun(jadi lapngan usaha neangan kasab).
kusabab kitu prung maraneh ngalalana si iyeu dunya sarta sarta prak gera dalahar sejeki anu geus nyampak di dunya, sarta nya kadinya balik geusan pamulangan"

janten dina milari rejeki anu halal,teu aya kamus pagawean hina,sok sanjan jadi tukang nyeblok lotoran di WC,asal ulah nyopet,nipu,ngarampog jeung nganiaya,TEANGAN REJEKI ANU HALAL BARI TEU NGARUGIKEUN BATUR.

TAPI CING EMUT AYA PANYAKIN ANU MATAK NGAJAUHKEUN REJEKI SALIAN PANYAKIT PANGEDULAN,SARTA TEU BISA DI GAWETAH,AYA DEUI SOBAT PANYAKIT ANU NGAJAUHKEUN REJEKI TEH NYAETA PANYAKIT TEU PAYAAN??
PANYAKIT JAUR REJEKI.
salian paanyakit PANGEDULAN sarta teu bisa DIGAWE teh aya deui sobat panyakit anu ngajauhkeun rejeki teh nyaeta panyakit teu PAYAAN. gening sok aya cacandaran kolot baheula; "jalma belik berewitmah sok jauh rejeki" iyeu memang bisa dirasakeun sarta kabandungan,jalma anu gindi pikir belang bayah,goreng pucus teu kaopan,digetrik saeutik ngajangileuk pundung jiga bolon, sanajan bari salah teunarima kana tegoran jeung nasehat anus sejen. tapi dimana batur meunag rejeki pudungheul hatena ngabagegeul,datang panyakit "sirik pidik" alias iri hati. jeulas laku kituteh matak jauh rejeki,ku Alloh di pikaceuceub ku jelema di pika sebeul.
sabab sirik pidik panyakit anu pang goreng2na sadunya,panyakit iyeu pisan anu jadi bibit buit sumarambahna FITNAH sedngkeun fitnah leuwih bahaya tibatan maehan.

__teu saeutik jeulema anu pasea rongkah silih bacok,silih intip pasti begalan nyawa dilantarakeun fitna,anu kasang tukangna SIRIK PIDIK.

__teu saeutik jelema di kerem,di obag,di siksa malah nepi ka perlaya,ngemasi pati sabab di fitnah anu kasang tukangna SIRIK PIDIK.

__teu saeutik jelema anu tunggara jadi balangsak,di peucat ti pagawean nana,di hukum ku masarakat yen si eta bangsat,akibat fitnah,anu kasang tukangna singhoreng SIRIK PIDIK keneh bae.
padahal pami di emutan di bulak balik,naon manfa'atna jeung untungna tina sirik pidik?.

GERA URANG LENYEPAN.
__pedah tatangga ngomean imah pedengheul hate ngabagegel,timbul rasa dongkol,timana sieta meunang duitna,boa-boa meunang maling. biur kaditu biur kadieu nenagan beja,bari kucuwas kecewis nyebarkeun fitna ari hasilna kuamha? nu puguhmah ,waktos seep,musuh namabhan ,ejeki ngajauhan,imah batur tambah ngajengleng urang kabagean pusingna,ngeuneus mikiran imah tatangga.
naudzubillah! naon manfa'atna?

__lat tatangga tumpak motor,hayoh ngadon medengheul hate,majar teh boa2 sieta korufsi. padahal meunang jerih payah dug hulu pet nyawa. hasilna kumaha?jeung tatangga tambah anggang,motor batur anggeur ngadurutdut,urang kabagean beugangna,teu puguh2 geura sok emutan??
tapi lamun kauntungan batur teh hasil tina ngarugikeun urang,etmah beda deui masalahna; hukumna wajib nahi mungkar.
umat ISALAM lain di titah ngajanteng di sisi jalan bari nemprang suku batur anu ngaliwat, sabab hasilna,batur teu kaur laju,urang ngajengjeun teu daek maju. tapi umat islam di parentah ku Alloh:FASTABIQUL KHAEROT balap dina kaalusan,balap dina kahadean,balap dina karya nyata.TAPI ANU JADI PATOKAN.
__OMAT,nenagna kauntungan keur psribadi teh,ulah bari ngarugikeun anu lian(kade urang hayang naek bari nejeh anu lian)

__piceun sipat "silih tekuk teh jeung saha deui kajaba jeung batur sorangan" lamun urang nempo dulur maju,piraku teu bungah,tapi naha ari urang nempo dulur sasama muslim maju beut kalah SIRIK FIDIK?
COBA EMUTKEUN PADAHAL ETATEH DULUR KENEH.

DAWUH ROSUL:
"singsaha anu nyumponan pangabutuh dulurna, Alloh bakal nyumponan pangabutuh eta jalma,jeung siang saha anu nulung kana kasusah dulurna, Alloh pasti nulung tina ka susah eta jalma engke di yaumil qiyamah"

jadi tetela yen SIRIK FIDIK teh hiji kakaliruan jeung hiji panyakit anu kudu gancang-gancang sipiceunm(di kukut oge moal matak untung)
mudah mudahan urang sadaya sing parek rejeki,tur jauh balai.
sakumaha dauh Alloh dina Al Qur'an dina surat HUD.6 anu pihartoseunana wallohu'alam: sakur jalmi anu kumarayap di iyeu bumi,rizqina geus di tangtukeun ku Alloh,asal daek ikhtiar jeung rajin.
WALLOHU'ALAM.

ma'na basmallah

Alloh ngalungsurkeun kitab ka dunya ti wit Nabi Adam as dugi ka Jungjunan alam kangjeng Nabi Muhammad saw sadayana aya 104, nu di lungsurkeunna secara bertahap. 100 kitab ku Alloh, maknana disimpen dina kitab Zabur nu dilungsurkeun ka Nabi Daud as, dina kitab Taurot nu dilungsurkeun ka Nabi Musa as sareng dina kitab Injil nu dilungsurkeun ka Nabi Isa as.
Rahasiah jeung makna 3 kitab eta ku Alloh di simpen dina 112 surat nu aya dina Al – Qur,an tanpa Al Fatihah jeung Al Baqoroh. Anu 112 surat eta makna jeung rahasiahna ku Alloh disimpen dina surat Al Baqoroh. Teras makna jeung rahasiah surat Al Baqoroh terkandung dina Surat Al Fatihah tanpa kalimat bismillaahirrohmaanirrohiim tanpa huruf Ba. Makna jeung rahasiah bismillaahirrohmaanirrohiim tanpa huruf Ba eta terkandung dina huruf Ba.
Huruf Ba eta ngandung harti : “Bikana makana wabiyakunu mayakunu”, nu hartina “ku Aing geus aya sakabeh perkara anu geus aya, jeung ku Aing bakal aya sakabeh perkara nu bakal aya’, sakabeh ciptaan Alloh, ku Alloh diringkes didinya. Numawi sok aya anu tawasul ku Ba, diantawisna Muhammad bin Abdil Karim Assamani murid Syekh Abdul Qodir Jaelani nu ngagaduhan tarekat Assamaniah.
Ba napel dina sakabeh makhluk jeung ciptaan Alloh. Numawi disagala rupa perkara nu sae nu dilakukeun ku urang disunahkeun ngaos bismillah. Maksadna tina eta pasunahan nyaeta :
  1. mengakui kana qudrot jeung irodatna Alloh
Urang bisa nanaon anging ku kersana Alloh, sagala rupa oge ulah boga rasa meunang urang.
Bismillah asal kalimat tina Bi Ismillah ( kalayan jenengan Alloh ), malah makom ahli tauhid mah ngahartosanna kalayan Dzat nu dijenenganan Alloh.
  1. Pengakuan urang bahwa sakabeh perkara eta kabeh katapelan jenengan Alloh.
  2. Ngalap berkah ( tabaruk ), mengandung sakabeh kitab Alloh, jeung sagala rupa perkara ciptaan Alloh, maka teu aya deui anu leuwih pantes dialap barokahna salian ti bismillah.

USAHAKEUN KULAWARGA ULAH JADI JUMLAH PANAMBAH ANU DORAKA?

lamun urang kiwari nadangan rupa2 cocoba jeung gogoda anu maksa nyered kana naraka,keun heula ulah waka hayang singkil kaluar,iyeu bae heula,jaga diri jeung rumah tangga sorangan. kacida untungna lamun lalaki anu nyekeul kakawasaan di rumah tangga geus bisa ngajaga diri jeung kulawargana,tegesna henteu nambah jumlah kama'siatan anu sumembar di luar.
samemeh ngamparkeun kasur,samak heula ameh rineh,kirang bara bisa narik batur riksa heula kulawarga maneh.
dawuh rosul "ibda' binafsika"mimitian tidiri anjeun sorangan. sabab dimana rek bisana ngatur batur,lamun ngajaga ngabina anak pamajikan geus teu daya teu upaya.
memang aya tilu rupa sikep lalaki ka awewe teh:
1.attaubikh,hartina ngahina
2.attakrim,hartina muja
3.attaswiyah, hartina nyamaratakeun jeung pria.
ajaran islam teu wawuh jeung sikep lalaki anu kitu,hartina islam:
__henteu meuneng ngahina wanita sabab wanita lain runtah.
__islam henteu meunang muja wanita,sabab wanita lain dewi ti kahiyangan.
__islam henteu meunang nyamratakeun wanita seperti lalaki,sabab lain banci.
tapi lalaki kudu nempatkeun wanita tehdina tempatna nurutkeun ajaran islam.
sabab wanita nagbogaan tilu pungsi
1. miara ngajaga rumah-tangga sarta ngatik ngadidik nujadi anak.
2.batur hirupna lalaki dina ngojayan sagaraning rumah tangga.
3.batur satia kaum peria dina berjuang,lir ibarat jang jang kenca lamun dina manuk.
berjuang moal bisa hasil tanpa wanita,seperti manuk moal bisa hiber tanpa jang jang kenca.
kusabab eta rosul ngadauh:
omat maraneh kudu hade kapamajikan,lantaran maranehnateh mantuan maraneh,sayaktina awewe teh beubeulahan lalaki (batur geusan pakumaha)
janten ringkesna,salaki kudu nempatkeun diri sebagai kepala rumah tangga,istri sebagai pemimpin rumah tangga. ulah salaki sibuk badminton,putsal,catur. dll. salaki turni pamajikan usaha, anu antukna moal pada uninga hargana wanita teh,sareng moal uninga wanita kanu jadi peran salaki. wallohu'alam.

wejangan kanggo panganten.

Bismillah
Alhamdulillah

Patepang di salaka maya
dilajengkeun di buana nyata
dua teuteup
ngagedurkeun geter-geter asih
janten pasini jangji:
seja laki rabi
kiwari
cunduk di waktu
ninggang di mangsa
nitih wanci nu mustari
ayi (Nami Panganten Pameugeut) sareng néng (Nami Panganten Istri)  didahupkeun
di balé nyungcung

Ayi (Nami Panganten Pameugeut) ,
Sabada ijab kabul diucap
nami (Nami Panganten Istri) anu satadina dibintian ku nami ramana
baris robih dituntungan ku nami ayi (Nami Panganten Pameugeut)
hartosna
ti danget ijab kabul
tanggel waler dunya akherat
ngeunaan neng (Nami Panganten Istri)
di pasrahkeun ti ramana
ka diri : salira
(hajat nikah mémang kariaan tapi makna nikah nungtut pertanggel waleran)

Tanggel waler salaki ka anu janten garwana, anu kedah ogé dicontoan ku jisim inyana:

kahiji ngeunaan aqidah

inti aqidah nyaéta kalimah toyyibah
Laa ilaaha ilalloh
mangkadé
dina ngalaksanakeun kahirupan anjeun duaan
kakeclakan akidah anu teu diguratkeun ku kangjeng Nabi Muhammad SAW.
Aqidah sing panceg Istiqomah
margi
maot mah saha nu terang
kacida rugelna diri upami isuk jaganing géto
mangsa mulang ka mantenNa
urang teu pinareng
husnul khotimah

kadua ibadah

mamaos mémang raos kadanguna
galindeng cianjuran ngahudang rasa
tapi moal aya deui anu leuwih raos tur ngahudang rasa
iwal ti soanten ayi (Nami Panganten Pameugeut)آ  sareng neng (Nami Panganten Istri)
rampak ngagalindengkeun
ayat-ayat suci Al Qurân

upami di bumi kagungan permadani anu éndah
moal aya deui anu leuwih éndah
tibatan dua lambar sajadah
anu dianggé solat jamaah

kacida nikmat sareng hidmatna
mangsa ayi (Nami Panganten Pameugeut) ngucapkeun kecap
Waladhdholliin
dina tungtung fatihah
ditémpas ku kecap
Amiiin
tina lambey néng (Nami Panganten Istri)

pon kitu kanikmatan sareng kahidmatan
bakal sumebar tina kecap Amin néng (Nami Panganten Istri)
dina  du'a demi du'a
nu dilafadzkeun ku ayi (Nami Panganten Pameugeut)

Katilu akhlaq

Laki rabi téh teu bénten sareng salambar rambut
anu masing-masing tungtungna dicepengan ku duaan
Ayi (Nami Panganten Pameugeut)آ  di tungtung ditu Néng (Nami Panganten Istri) ditungtung dieu
kedah silih ayunkeun
kedah silih béréan
upami silih betot
tinangtu rambut
bakalan pegat

Akhlaq salaki ka nu janten istri
Akhlaq istri ka nu janten salaki
baris nangtoskeun
hirup kumbuhna
hiji pernikahan

sok sanaos tos laki rabi
mangkadé
akhlaq ka ibu rama
indung nu ngakandung
bapa anu ngayuga

kumelendangna urang di alam dunya
aranjeunna lantaranana

salapan sasih lamina urang aya dina kakandungan anu jadi indung
anjeuna teu tolih nyerina ngababarkeun
méh dua taun cai pinareupna diseuseup ku urang

kanyaah sareng kaihklasan
anu teu kénging dimomorékeun
kapan saur hadits ogé:
sawarga téh ayana dina dampal sampéan anu jadi indung

Upami urang ayeuna tiasa makalangan
eta téh hasil lamokot késangna tuang rama
dibarung ku du'a demi du'a anu teu kendat reureuh
tuang rama tisusut tidungdung
ngagedékeun anjeun para putrana
sangkan hirup hurip bagja waluya

Laki rabi ogé kedah tiasa ngaraketkeun tali silaturahmi
diantara dua kulawargi
kulawargi ayi (Nami Panganten Pameugeut) ti Ciamis sareng kulawargi néng (Nami Panganten Istri) ti Kuningan
Ayi (Nami Panganten Pameugeut) sareng Néng (Nami Panganten Istri)
sing janten cukang lantaran
ngantengkeun ieu tatali silaturahmi
sangkan syiar kasundaan sareng syiar kaislaman
tiasa langkung lega ambahan
nyambuang saalam dunya

Hirup di dunya henteu nyorangan
mangkadé akhlak hirup kumbuh kamasyarakatan
sing tiasa naritipkeun diri
sing tiasa pindah cai pindah tampian

Kaopat, cita-cita

Hirup kumbuh laki rabi
ulah ngan saukur diniatan dugi ka pakétrok iteuk
tapi kedah dicita-citakeun langkung tebih, nyaéta
tiasa riung mungpulungna anak incu kulawarga
di sawarga

ku kituna prinsip
jaga diri jeung kulawarga aranjeun tina sueneu naraka
kedah janten suluk anu janten cita-cita kulawarga

upami isuk jaganing géto kagungan putra
sangkan janten waladun sholihan
mangkadé
didik ku kaislaman sareng kasundaan

Ayi (Nami Panganten Pameugeut) miwah néng (Nami Panganten Istri)
dinten ieu,
(kaping bulan taun)
sabuana samarcapada
nyakséni aya dua pamayang papasangan
anu badé ngambah sagara ciptaan Pangéran

bébér layar tarik jangkar

baarokallohu laka
wa baroka alaika
wajama bainakuma
fii khoir

HUKUM NIKAH

Hukum Pernikahan dalam Islam

Dalam pembahasan ini kita akan berbicara tentang hukum menikah dalam pandangan syariah. Para ulama ketika membahas hukum pernikahan, menemukan bahwa ternyata menikah itu terkadang bisa mejadi sunnah, terkadang bisa menjadi wajib atau terkadang juga bisa menjadi sekedar mubah saja. Bahkan dalam kondisi tertentu bisa menjadi makruh. Dan ada juga hukum pernikahan yang haram untuk dilakukan.

Semua akan sangat tergantung dari kondisi dan situasi seseorang dan permasalahannya. Apa dan bagaimana hal itu bisa terjadi, mari kita bedah satu persatu.

1. Pernikahan Yang Wajib Hukumnya

Menikah itu wajib hukumnya bagi seorang yang sudah mampu secara finansial dan juga sangat beresiko jatuh ke dalam perzinaan. Hal itu disebabkan bahwa menjaga diri dari zina adalah wajib. Maka bila jalan keluarnya hanyalah dengan cara menikah, tentu saja menikah bagi seseorang yang hampir jatuh ke dalam jurang zina wajib hukumnya.

Imam Al-Qurtubi berkata bahwa para ulama tidak berbeda pendapat tentang wajibnya seorang untuk menikah bila dia adalah orang yang mampu dan takut tertimpa resiko zina pada dirinya. Dan bila dia tidak mampu, maka Allah SWT pasti akan membuatnya cukup dalam masalah rezekinya, sebagaimana firman-Nya :

Dan Yang menciptakan semua yang berpasang-pasangan dan menjadikan untukmu kapal dan binatang ternak yang kamu tunggangi. (QS.An-Nur : 33)

2. Pernikahan Yang Sunnah Hukumnya

Sedangkan yang tidak sampai diwajibkan untuk menikah adalah mereka yang sudah mampu namun masih tidak merasa takut jatuh kepada zina. Barangkali karena memang usianya yang masih muda atau pun lingkungannya yang cukup baik dan kondusif.

Orang yang punya kondisi seperti ini hanyalah disunnahkan untuk menikah, namun tidak sampai wajib. Sebab masih ada jarak tertentu yang menghalanginya untuk bisa jatuh ke dalam zina yang diharamkan Allah SWT.

Bila dia menikah, tentu dia akan mendapatkan keutamaan yang lebih dibandingkan dengan dia diam tidak menikahi wanita. Paling tidak, dia telah melaksanakan anjuran Rasulullah SAW untuk memperbanyak jumlah kuantitas umat Islam.

Dari Abi Umamah bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Menikahlah, karena aku berlomba dengan umat lain dalam jumlah umat. Dan janganlah kalian menjadi seperti para rahib nasrani. (HR. Al-Baihaqi 7/78)

Bahkan Ibnu Abbas ra pernah berkomentar tentang orang yang tidak mau menikah sebab orang yang tidak sempurna ibadahnya.

3. Pernikahan Yang Haram Hukumnya

Secara normal, ada dua hal utama yang membuat seseorang menjadi haram untuk menikah. Pertama, tidak mampu memberi nafkah. Kedua, tidak mampu melakukan hubungan seksual. Kecuali bila dia telah berterus terang sebelumnya dan calon istrinya itu mengetahui dan menerima keadaannya.

Selain itu juga bila dalam dirinya ada cacat pisik lainnya yang secara umum tidak akan diterima oleh pasangannya. Maka untuk bisa menjadi halal dan dibolehkan menikah, haruslah sejak awal dia berterus terang atas kondisinya itu dan harus ada persetujuan dari calon pasangannya.

Seperti orang yang terkena penyakit menular yang bila dia menikah dengan seseorng akan beresiko menulari pasangannya itu dengan penyakit. Maka hukumnya haram baginya untuk menikah kecuali pasangannya itu tahu kondisinya dan siap menerima resikonya.

Selain dua hal di atas, masih ada lagi sebab-sebab tertentu yang mengharamkan untuk menikah. Misalnya wanita muslimah yang menikah dengan laki-laki yang berlainan agama atau atheis. Juga menikahi wanita pezina dan pelacur. Termasuk menikahi wanita yang haram dinikahi (mahram), wanita yang punya suami, wanita yang berada dalam masa iddah.

Ada juga pernikahan yang haram dari sisi lain lagi seperti pernikahan yang tidak memenuhi syarat dan rukun. Seperti menikah tanpa wali atau tanpa saksi. Atau menikah dengan niat untuk mentalak, sehingga menjadi nikah untuk sementara waktu yang kita kenal dengan nikah kontrak.

4. Pernikahan Yang Makruh Hukumnya

Orang yang tidak punya penghasilan sama sekali dan tidak sempurna kemampuan untuk berhubungan seksual, hukumnya makruh bila menikah. Namun bila calon istrinya rela dan punya harta yang bisa mencukupi hidup mereka, maka masih dibolehkan bagi mereka untuk menikah meski dengan karahiyah.

Sebab idealnya bukan wanita yang menanggung beban dan nafkah suami, melainkan menjadi tanggung jawab pihak suami.

Maka pernikahan itu makruh hukumnya sebab berdampak dharar bagi pihak wanita. Apalagi bila kondisi demikian berpengaruh kepada ketaatan dan ketundukan istri kepada suami, maka tingkat kemakruhannya menjadi jauh lebih besar.

5. Pernikahan Yang Mubah Hukumnya

Orang yang berada pada posisi tengah-tengah antara hal-hal yang mendorong keharusannya untuk menikah dengan hal-hal yang mencegahnya untuk menikah, maka bagi hukum menikah itu menjadi mubah atau boleh. Tidak dianjurkan untuk segera menikah namun juga tidak ada larangan atau anjuran untuk mengakhirkannya.

siloka

USUM HUJAN

U ngal poé langit ngan ceudeum waé

S iga nu rék turun hujan

U rang kudu ati ati

M eureun ieu téh rék ganti musin



H awa karasana asa teu genah

U lah poho mun indit inditan mawa jas hujan

J igana mah musim teh keur pancaroba

A nu asalna usum halodo

N gagayuh kana usum hujan



MIJIH

M angsa halodo geus lekasan

I barat hiji rizki nu muragan

J adi hiji kabagjaan pikeun urang

I lang panas ngagalentarang

H arepan baseuh manjuran



BANJIR

B alukarna jalma nu sok miceun runtah sambarangan

A yeuna bakal karasa ku balaréa

N aékna cai walungan nu moal bisa dihalangan

J adi ciri rupa sifat-na manusa jaman ayeuna

I raha atuh urang rék ngarti tur taliti?

R obahna usum kalakah mawa balai



MUSIBAH

M arengan datangna rizky

U rang masing ati ati

S abab naon nu bakal karandapan

I lahi robby nu ngersakeunana

B alukar tina rasa mokahana manusa,,

A yeuna datang narajang

H iji bencana bumi nu teu tiasa dipondah deui,



SABAR

S aestuna bagja jeung cilaka anging Allah nu nangtukeun

A lam mayapada ukur kakacaan lain saeunyana

B atin nu sabenerna nu kudu ditéang jeung dieusian

A llah resep ka jelema nu sabar tur tara elat ngadu'a

R ahmat mantenNa nu bakal mawa kabagjaan dunya jeung akhérat.



BENCANA

B anjir.. banjir.. jeung bajir..

E ta kalimat geus teu anéh deui

N impa ka sakumna warga

C itarum teu walakaya

A kibat ka saeur runtah

N u mariceun sagawayah

A ntukna jadi musibah



CITARUM

C aahna dayeuh bandung

I wal ti caahna cai kabendung

T aneuh lempung gugunungan

A yeuna ukur sasakala

R obahna jaman jeung kahirupan

U kur bisa nyarita salaksa guyonan

M angkaning ieu lain heuheureuyan!

kidung

Mijil kang pindha Narendra
Den gerubyuk para cethi
Mancorong ponang wadana
Pindha Kumajaya Ratih
Rinengga-rengga peni
Gawok ngungun kang handalu
Sinung prabawa maya
Hanggadhang mulya sejati
Jroning driya asung pamuji Hyang Suksma

Pamujine mengku brata
Meminta sihing Hyang Widhi
Satindak lan tandukira
Muga antuk padhanging Gusti
Uga muna lan muni
Tinebihna salah dudu
Tinuntun budi tama
Pantes tinulad pra janmi
Pindha Nata gya salin agem satriya
Hangagem satriya tama
Pindhane sang gunungsari
Iku kang temanten priya
Kang putri lir ragilkuning
Prasetya trus nyawiji
Mrih lestari atut-runtut
Nyadhong mengkoni putra
Tali tresna jaman mangkin
Dwi kang putra wus cukup rengganing krama
Tindake sang sinatriya
Kairing puji hastuti
Wiraga mengku prabawa
Mrabawani kang mriksani
Memayu yu sesami
Mahambeg satriya tuhu
Yeku trah Pancasila
Ngudi mulya lahir batin
Tansah eling waspada bakti mring Praja
Widada manggih yuwana
Sari kang pindha Narpati
Rineksa pra wredha mudha
Sumunar lir Dewa-Dewi
Kongsi kaki lan nini
Paminta kapranan kalbu
Ringkes bisa sembada
Ing akhir manggih swarga di
Wiji mulya kinarya ngrengga Nagara

Kumpulan Pribahasa (Babasan/Paribasa) Sunda Jeung Hartina

 Seueur pisan pribahasa (babasan/paribasa) sunda nu ku sim kuring hilap deui, ma’lum hirup lain di tatar sunda nyarita loba teu make sunda komo deuiآ pribahasa (babasan/paribasa) sundaآ pastina oge jarang kapake. Ayeuna sugan jeung sugan rek diajar deuiآ pribahasa (babasan/paribasa) sunda. --- manawi para wargi bade nambihan sumangga diantos ---
  • Adab lanyap Jiga nu handap asor, daek ngahprmat ka batur, tapi boga hate luhur, tungtungna sok ngunghak jeung kurang ajar, temahna batur loba nu teu resepeun.
  • Adam lali tapel poho ka baraya jeung poho ka lemah cai.
  • Adat kakurung ku iga adat nu hese digantina.
  • Adean ku kuda beureum beunghar ku barang titipan atawa ginding ku pakean batur.
  • Adigung adiguna gede hulu, boga rasa leuwih ti batur, kaciri dina laku lampahna jeung omonganana.
  • Agul ku payung butut ngagulkeun luluhur sorangan.
  • Akal koja pinter dina kagorengan atawa kajahatan.
  • Aki aki tujuh mulud lalaki nu geus kolot pisan.
  • Aku aku angga ngaku barang batur kalawan ngandung maksud hayang mibandangaku baraya batur anu beunghar atawa jeneng, mamrih kahormatan atawa kauntungan.
  • Aku panggung darehdeh jeung mere maweh, ngan hanjakal ku ieu aing asa pangpunjulna, pangbeungharna jste.
  • Alak-alak cumampaka resep jeung hayang dipuji batur, boga rasa pangpunjulna. Anu handap hayang nyaruaan nu luhur, nu hina hayang nyaruaan nu mulya.
  • Alak paul tempat anu lain dikieuna, ngeunaan jauhna jeung pisusaheunana.
  • Alus panggung = alus laur hade ome tegep dedeg pangadegna.
  • Ambek nyedek tanaga midek ari napsu pohara gedena, ngan masih bisa meper diri
    napsu kapegung.
  • Ambekna sakulit bawang gampang pisan ambek, jeung mun geus ambek teu reureuh sakeudeung.
  • Anak puputon anak nu kacida didama-damana, nu pohara dipikanyaah.
  • Anjing ngagogogan kalong mikahayang nu lain lain, nu pamohalan pilaksanaeun (Mikahayang nu moal bakal kasorang).
  • Ari diarah supana, kudu dipiara catangna Naon bae nu mere hasil ka urang kudu diurus bener bener.
  • Ari umur tunggang gunung, angen angen pecat sawed ari umur geus kolot tapi hate ngongoraeun keneh.
  • Asa dijual payu ngungun dumeh nyorangan di panyabaan, jauh ti indung bapa.
  • Asa ditonjok congcot meunang kabungah nu gede, anu saenyana teu diarep arep.
  • Asa ditumbu umur Boga rasa kahutangan budi anu pohara gedena.
  • Asa nanggeuy endog beubeureumna kacida nyaahna.
  • Asa potong leungeun katuhu leungiteun jalma nu pohara hade galena.
  • Ati mungkir beungeut nyinghareup palsu, siga sono, tapi henteu. Siga suka, tapi henteu, siga nyaah tapi henteu.
  • Aub payung, sabet panon sabasoba wewengkon, ngeunaan tanah.
  • Aya astana sajeungkal anu mustahil oge oge bisa kajadian.
  • Aya bagja teu daulat arek meunang bagja atawa kauntungan tapi teu tulus.
  • Aya di sihung maung Kulantaran loba kawawuh gegeden dina aya karerepet atawa kaperluan penting gampang naker meunang pitulungna.
  • Aya hate kadua leutik naksir.
  • Aya jalan komo meuntas aya lantaran anu diarep arep ti tadina nepi ka maksud urang gancang kalaksanakeun.
  • Aya jalan komo meuntas Aya pilantaraneun atawa pijalaneun pikeun ngalaksanakeun atawa ngabulkeun kahayang.
  • Aya jalan komo meuntas eukeur mah aya maksud, turug turug aya pilantaraneun.
  • Aya peurah aya komara aya harega, aya pangaji.
  • Aya nu dianjing cai Aya nu diarep-arep atawa dihأ©roan.
  • Ayakan tara meunang kancra nu bodo jeung nu pinter moal sarua darajatna jeung panghasilanana.
  • Baleg tampele ari rasa tresna ka lalaki geus aya, ngan lamun papanggih jeung jelemana gede keneh kaera.
  • Bali geusan ngajadi tempat dilahirkeun.
  • Balung kulit kotok meuting teu eureun eureun nyeri hate ti baheula nepi ka kiwari.
  • Balungbang timur, caang bulan opat belas, jalan gede sasapuan beak karep ku rido jeung beresih hate.
  • Banda tatalang raga lamun urang papanggih jeung karerepet, gering upaman, euweuh halangan urang ngajual barang nu aya pikeun ngabela diri, meuli ubar sangkan waras.
  • Belang bayah gindi pikir boga pikiran goreng ka papada kawula.
  • Bengkung ngariung bongkok ngaronyok babarengan sok sanajan dina hina, rugi, atawa cilaka.
  • Beurat birit hese jeung sungkan dititah.
  • Beurat nyuhun beurat nanggung, beurat narimakeunana pohara narimakeunana kana pitulung, ngan teu kawasa ngedalkeun ku lisan atawa tulisan, anging gusti nu ningali.
  • Beureum paneureuy seuseut batan neureuy keueus hese pisan, seuseut seuat ngahasilkeun maksud.
  • Beuteung anjingeun ngeunaan ka jelema nu beuteungna cara/siga beuteung anjing.
  • Bilih aya turus bengkung Bisi salah pokpokanana.
  • Biwir nyiru rombengeun resep mukakeun rasiah sorangan atawa rasiah batur.
  • Biwir nyiru rombengeun Resep ngucah ngaceh rasiah atawa kaaeban boh nu sorangan boh nu batur.
  • Biwir sambung lemek, suku sambung lengkah henteu milu milu kana tanggung ajwabna mah, ieu mah ngan saukur mangnepikeun dumeh jadi utusan, ngemban timbalan tinu lian.
  • Bluk nyuuh blak nangkarak Kabina bina rajina dina enggoning nyiar kipayah.
  • Bobo sapanon carang sapakan aya kuciwana, lantaran aya kakuranganana atawa karuksakanana.
  • Bobor karahayuan henteu rahayu, henteu salamet, meunang kacilakaan atawa tiwas.
  • Bobot pangayun timbang taraju kabأ©h anu dipigawأ© kudu pinuh tinimbangan.
  • Bonteng ngalawan kadu nu leutik ngalawan nu gede.
  • Buburuh nyatu diupah beas nyiar pangarti tur diburuhan atawa digajih.
  • Budi santri, legeg lebe, ari lampah euwah euwah Ari laku lampah mah kawas santri tapi sok ceceremed.
  • Buluan belut, jangjangan oray pamohalan kajadian.
  • Bungbulang tunda / tunda talatah lamun dititah tara sok pek ku maneh, tapi sok nitah deui ka batur.
  • Buntut kasiran koret, medit, ngeupeul, tara pisan daek barangbere.
  • Bur beureum bur hideung, hurung nagtung siang leumpang ginding, loba pakean anu aralus dipake.
  • Buruk buruk papan jati ka sobat atawa ka baraya mah sok hayang ngahampura bae lamun aya kasalahan teh.
  • Caang bulan dadamaran migawe nu kurang mangpaat.
  • Cacag nangkaeun Hanteu beres, hanteu rata, henteu sampurna.
  • Cangkir emas eusi delan omonganana mah alus nepi ka urang jadi percaya jeung kataji, tapi hatena jahat jeung matak bahaya ka urang.
  • Cara bueuk meunang mabuk ngeluk bae, teu lemek teu carek, euweuh hojah, euweuh karep, euweuh kahayang sabab era tawa sieun.
  • Cara gaang katincak anu tadina rame kacida, ayeuna mah jadi jempling pisan.
  • Cara jogjog mondok carekcok bae, mani gandeng nacer.
  • Cara simeut hiris, tai kana beuheung beuheung Pohara bodona, beunang dibobodo atawa ditipu ku batur.
  • Cecendet mande kiara Nu leutik nyaruaan anu gede, nu miskin nyaruaan nu beunghar.
  • Ceuli lentaheun Sok gancang nyaritakeun ka batur naon bae anu kadenge, turtaning tacan karuhan eta beja teh bener henteuna.
  • Cicing dina sihung maung Nganjrek di jelema anu nyusahkeun atawa bakal nyilakakeun ka diri urang.
  • Cikaracak ninggang batu laun laun jadi legok Ku dileukeunan mah sakumaha hesena ge lila lila jadi bisa (najan bodo asal leukeun diajarna lila lila oge tangtu bisa).
  • Cileuncang mande sagara, cecendet mande kiara, hunyur nandean gunung Nyaruaan ka jelema anu saluhureun harkatna, darajatna atawa pangabogana.
  • Ciri sabumi cara sadesa beda tempatna, beda deui adat jeung kabiasaanana.
  • Clik putih clak herang Kaluar tian hate anu beresih, rido pisan, teu aya geuneuk maleukmeuk.
  • Congo congo ku amis, mun rek mais oge puhuna Kumaha arek bageurna dinu ajdi anak, lamun bapana henteu bageur.
  • Daek macok embung dipacok daek ngarah kana rejeki atawa pakaya batur, tapi diarah rejekina atawa pakayana ku batur mah embung.
  • Dagang oncom rancatan emas ari modalna gede kacida, ngan batina anu diarah kacida leutikna.
  • Dah bawang dah kapas tah barangna tah duitna.
  • Daluang katinggang mangsi Susuganan katuliskeun aya jodo (waris).
  • Dأ©sa maca cara nagara mawa tata Ngagambarkeun yأ©n kaayaan jeung adat kabiasaan di dأ©sa jeung kota (nagara) tأ©h bأ©da-bأ©da.
  • Deugdeug tanjeuran pada ngadeugdeug pada nongton, jadi tongtonan kulantaran pinter dina kasenian.
  • Deukeut deukeut anak taleus ari imahna mah puguh padeukeut, ngan hanjakal teu nyaho tibareto yen baraya.
  • Dihin pinasti, anyar pinanggih baheula ditangtukeunana, ngan kakara ayeuna kalakonanana atawa kapanggihna.
  • Dikungkung teu diawur, dicangcang teu diparaban Ari dipegat mah teu acan, ngan geus teu dipeutingan jeung teu dibalanjaan.
  • Dipiamis buah gintung Disangka hade jeung bageur tapi buktina goreng jeung jahat.
  • Dipiamis buah gintung disangka hade jeung bageur, tapi buktina goreng jeung jahat.
  • Disakompet daunkeun, dihurun suluh dihijikeun bae, disaruakeun bae, teu dibeda beda.
  • Ditangtang ditengteng dijieun bonteng sapasi Dialak ilik lantaran dianggap aneh.
  • Ditilik ti gigir lenggik, disawang ti tukang lenjang, diteuteup ti hareup sieup lenjang jeung geulis pisan, pantes kewes.
  • Dogdog pangrewong bantuan anu euweuh hartina, dina teu aya oge teu naon naon.
  • Dogong dogong tulak cau, geus gede dituar batur ngantian jeung mahugi parawan ti keur leutik keneh, sugan diparengkeun ku nu kawasa jadi pipamajikaneun, na ari geus gede dikawin batur, atuh hese cape taya gawe.
  • Dosa salaput hulu kacida loba dosana.
  • Dulang tinande awewe mah nurutkeun bae, kumaha diaturna jeung diparentahna ku nu jadi salami.
  • Duum tinggi ngabagikeun naon naon henteu kalawan adil aya nu loba, aya nu saeutik.
  • Elmu ajug pinter ari mapatahan batur mah, tapi prak ku sorangan henteu.
  • Elmu sapi samiuk (ngahiji) kana kagorengan.
  • Elmu tumbila nu boga imah ngarugikeun ka tatamu.
  • Elok bangkong nuju sakarat, ngan kari tunggu dawuh bae.
  • Endog sapatarangan, peupeus hiji, peupeus kabeh kasusah atawa karerepet anu tumiba ka dulur, baraya atawa sobat, balukarna ngabingungkeun atawa nyusahkeun ka sarerea.
  • Endog tara megar kabeh najan saindung sabapa hneteu sarua milikna, rejekina atawa darajatna.
  • Galehgeh gado darehdeh tapi henteu terus kana hate.
  • Gancang pincang kulantaran digawena buru buru jeung kurang ati ati hasilna teh teu nyugemakeun.
  • Gantung denge hanteu terus bisa ngadengekeun hiji perkara jeung pohara hayangna neruskeun ngadengekeun.
  • Gantung teureuyeun Hanteu terus daharna sabab dahareunana geus beak atawa daharna kapaksa kudu eureun heula ku lantaran aya dahareun nu didagoan.
  • Gede gede kayu randu, dipakeke pamikul bengkung, dipake lincar sok anggang, dipake pancir ngajedig Ngeunaan ka jelema anu jangkung ahrelung tur dedeg ngan hanjakal gawena jeung karajinanana goreng.
  • Gede gunung pananggeuhan Adigung kulanatran boga kolot atawa baraya baleunghar ataw jareneng.
  • Gede gunung pananggeuhan Boga ahli atawa kawawuhan anu beunghar atawa jadi gegeden, dina urang aya karerepet atawa butuh ku pitulung, eta jalma bisa nulungan ka urang ku kabeungharan atawa kakawasaan.
  • Getas harupateun, pingges harepan Gampang pisan nyalahkeun atawa ngahukum ka batur.
  • Geulis sisi, laur gunung, sonagar huma Ari rupa mah tegep ngan dangong dusun meledug.
  • Gindi pikir belang bayah Goreng hate, dolim, julig , dengki.
  • Ginding kakampis Ari pake mah ginding ngan duit teu boga.
  • Giri lungsi tanpa hina Nu luhur jeung nu handap sarua bae ulah dihina.
  • Goong saba karia Datang sorangan ka anu keur kariaan sanajan hanteu di ondang, maksudna hayang dititah gawe sangkan seubeuh baranghakan.
  • Gunung tanpa tutugan, sagara tanpa tepi Euweuh anggeusna, euweuh beakna.
  • Gurat batu Pageuh kana jangji.
  • Gusti Alloh tara nanggeuy dibongkokna Gusti Alloh tara nangtayungan ka mahlukna anu salah atawa boga dosa ka papada kawula.
  • Hade gogog hade tagog Hade basa jeung hade tingkah lacuna.
  • Hade ku omong goreng ku omong Omongan nu hade balukarna hade jeung omongan nu goreng, goreng deui balukarna.
  • Halodo sataun lantis ku hujan sapoe Kahadean anu sakitu gedena tur lilana leungit pisan ku kagorengan atawa kasalahan sapoe.
  • Hambur bacot murah congcot Goreng sungutna jeung sok mindeng nyarekan deuih tapi berehan sok daek barangbere dahareun.
  • Hampang birit gampang jeung daekan dititah.
  • Hanteu gedag bulu salambar Hanteu sieun atawa gimir saeutik eutik acan.
  • Hapa hapa ge ranggeuyan Enya ari miskin tea mah, ngan lumayan da ari salaki mah boga.
  • Hapa hapa ge ranggeuyan Miskin miskin oge da boga salaki nu ngurus jeung nangtayungan.
  • Harewos bojong Harewos anu cukup tarikna, nepi kadenge ku jelema anu deukeut kalawan tetela pisan.
  • Haripeut ku teuteureuyeun Gancang atoh dina meunangna rejeki, boh dahareun boh duit kalawan teu ngingetkeun balukarna ieu teh rejeki halal atawa haram.
  • Harus omong batan goong Beja teh sasarina sok gampang jeung gancang nerekab, kulantaran umuna sok pabeja beja.
  • Hayang untung jadi buntung teu papanggih ari jeung kauntungan mah, papanggih soteh jeung karugian anu sama sakali henteu diarep arep.
  • Hejo tihang Resep jeung remen gunta ganti imah tempat atawa pagawean.
  • Herang caina beunang laukna Maksud bisa kahontal kalawan beres teu aya pihak anu dirugikeun atawa dinyenyeri.
  • Herang caina beunang laukna Nu dipikahayang bisa laksana tur teu nganyenyeri batur.
  • Herang herang kari mata, teuas teuas kari bincurang Bareto mah beunghar ayeuna kari miskina.
  • Heueuh heueuh bueuk Nyatujuan ari diluar mah, ngan bae henteu terus jeung hatena.
  • Heureut deuleu pondok lأ©ngkah Ngagambarkeun sundek kanyaho ku sabab henteu rأ©a babandingan da kurung batok.
  • Heurin ku letah Hayang jeung perlu ngabejakeun hiji perkara, ngan sieun pok kulantaran loba karisi/ karempan.
  • Hirup ku panyukup gede ku pamere Hirup samahi mahi ku pamere batur bae, sabab teu purun hojah sorangan dina enggoning nyiar kipayah.
  • Hirup nuhun paeh dirampes Rido pisan pasrah pisan, teu boga kahayang naon naon.
  • Hirup ulah manggih tungtung, paeh ulah manggih beja Kudu bageur kudu hade laku lampah supaya alus kacaritakeunana.
  • Hulu dugul dihihidan Nu keur senang tambang senang, nu keur untung tambah untung.
  • Hunyur nandean gunung Nyaruaan ka jelema saluhureun harkatna atawa pangabogana.
  • Hurung nangtung siang leumpang Ginding karana make papakean atawa perhiasan anu aralus.
  • Ieu aing uyah kidul Boga rasa pangleuwihna ti pada batur, boh ngeunaan rupa, pangarti, pangaboga, pangkat atawa kakawasaan.
  • Ilang along margahina, katinggang pangpung dilebok maung, rambutna salambar, getihna satetes, ambekanana sadami, agamana darigamana, kaula nyerenkeun Masrahkeun sagalagalana hadena gorengna, bagja cilakana (biasana sok dipake dina seserahan).
  • Indung lembu bapa banteng Ti indung jeung bapa turunan menak jeung beunghar.
  • Inggis batan maut hinis Pohara risina, pohara paurna.
  • Inggis manan maut hinis, rempan batan mesat gobang Inggis jeung paur kabina bina.
  • Ipis kulit beungeut Gede kaera.
  • Iwak nangtang sujen Wani nyorang picilakaeun, pibalaieun atawa pibahayaeun.
  • Jabung tumalapung sabda tumapalang milu nyaritakeun hiji perkara sakapeung nempasan omongan batur, nyeta nyeta siga nu nyaho, padahal teu nyaho nanaon.
  • Jadi maung malang jadi panghalang, ngeunaan ka lalaki nu ngahalangan pijodoeun hiji awewe.
  • Jadi sabiwir hiji jadi carita jalma loba.
  • Jadi senen kalemekan mindeng dicaritakeun batur.
  • Jaman cacing dua saduit jaman baheula pisan.
  • Jati kasilih ku junti pribumi kaeehkeun ku urang asing.
  • Jauh jauh panjang gagang hanas jauh jauh oge dijugjug, ngan hanjakal ku teu hasil.
  • Jauh ka bedug anggang ka dayeuh dusun, teu nyaho di tata-titi, tidak tanduk, suba sita, duduga jeung peryoga.
  • Jauh ka bedug dusun,bodo, euweuh kanyaho.
  • Jawadah tutung biritna, sacarana sacarana unggal bangsa beda adat jeung kabiasaanana.
  • Jegjeg ceker cape kulantaran leumpang ka dieu ka dieu.
  • Jejer pasar lumrah bae, mun ka lalaki, kasep henteu, goreng henteu.
  • Jeung leweh mah mending waleh leuwih hade wakca balaka ngedalkeun kahayang ti batan ngandung kabingung teu wani pok nyarita.
  • Jogjog neureuy buah loa mikarep ka anu lain babad.
  • Jogjog neureuy buah loa Milampah anu moal pihasileun.
  • Ka luhur teu sirungan kahandap teu akaran Jelema nu jahat, julig jeung dengki mah moal jamuga, moal aya kamajuan boh ngeunaan pangkat, boh rejeki.
  • Kaceluk ka awun-awun kawentar ka janapria, kakoncara ka mancanagara Kawentar pisan, kawentar kamana mana.
  • Kaciwit kulit kabawa daging Kababawa, katarik kana hiji perkara, keukeuh milu susah, sanajan teu boga salah jeung henteu milu ulubiung perkarana.
  • Kahieuman bangkong Ku ayana barang titipan di urang, urang teh nepi ka jiga beunghar katenjona ku batur mah padahal miskin teu boga nanaon.
  • Kai teu kalis ku angin Unggal jelema awal ahir tangtu bakal pinanggih jeung kasusahan.
  • Kajeun pait tungtung amis manan amis tungtung pait Tibatan ahirna matak susah, leuwih hade dicaritakeun ti heula naon anu matak pisusaheunana.
  • Kajeun panas tonggong asal tiis beuteung Kajeun teuing cape gawe asal bisa dahar kalawan cukup.
  • Kalapa bijil ti cungap Ngucah ngaceh rasiah sorangan anu matak cilaka.
  • Kandel kulit beungeut euweuh caerأ،.
  • Katempuhan buntut maung Batur anu salahna atawa anu boga dosana, tapi urang anu kudu nyanghareupan balukarna.
  • Katumbukan catur kadatangan carita Loba anu embung sabab ngagedekeun jeung ngagugulukeun panyerewedan.
  • Kawas anjing kadempet lincar Mere parentah ka batur teu kalawan sabar, malah bari ambek ambekan sagala.
  • Kawas budak rodek hulu Teu ngupama, teu ngajenan, teu ngahargaan pisan.
  • Kawas cucurut kaibunan Ngeunaan ka jelema anu matak sareukseuk panon.
  • Kawas hayam keur endogan cilingcingcat bae, teu bisa cicing.
  • Kawas hayam panyambungan Tacan nyaho di kaler kidul, kawantu anyar keneh aya di eta tempat.
  • Kawas kacang ninggang kajang Ngomongna tarik tur gancang, biasana ngeunaan ka awewe nu keur ngambek bari nyarekan.
  • Kawas kuda leupas ti gedogan Bingung ku kamerdekaan, terus sakama-kama nganteur kahayang, ngalajur napsu, kulantaran euweuh anu ngageuing atawa euweuh nu nyengker.
  • Kawas lauk asup kana bubu Gampang asupna kana pagawean tapi pohara hesena hayang kaluar ninggalkeun eta pagawean.
  • Kawas lauk asup kana bubu gampang meunangna jeung asup kana hiji pagawean, tapi hese kaluarna jeung negcagkeunana eta pagawean (masalah).
  • Kawas nu mulangkeun panyiraman Sok nu lain lain, jeung hese ngayakeunana nu dipikayang ku jelema nu tereh ajal, kahayangna sabisabisa kudu dicumponan bae, sanajan matak ngarepotkeun ka ahlina/ kulawargana.
  • Kawas siraru jadi Pabaliut ku tina lobana, ngeunaan ka jelema.
  • Kawas wayang pangsisina Ngeunaan jelema nu goreng rupana.
  • Kejo asak angeun datang Sapagodos jeung maksud urang, atuh teu talangke deui harita keneh dilaksanakeun.
  • Keur meujeuhna bilatung dulang Laleutik keneh pisan keur meujeuhna bareuki dahar.
  • Keur meujeuhna hejo lembok rambay carita Keur meujeuhna loba pakaya jeung loba rejeki.
  • Keur nuju bentang surem keur sue,atawa tiis badan, lamun guna tani ku hama, lamun dagang terusterusan rugi bae.
  • Kiceupna sabedug sakali Pohara lungguhna.
  • Kiruh ti girang kiruh ka hilir Lamun anu di luhruna teu balageur jeung teu balener, tangtu nu dihandapna oge milu teu bener milu teu bageur.
  • Kokoro manggih mulud puasa manggih lebaran Anu saumur -umur miskin tuluy dina hiji waktu pinanggih jeung kamulyaan atawa rejeki anu gede, sasarina sok kacemekanana nepi ka siga mangpang meungpeung.
  • Kokoro nyoso, malarat rosa, lebaran teu meuncit hayam Kacida miskina.
  • Kotok bongkok kumorolong, kacingcalang kumarantang = Lauk buruk milu mijah = Piritan milu endogan Pipilueun kana hiji kalakuan kulantaran kabawakeun ku batur, henteu kalawan kahayang sorangan, nepi ka goreng katenjona.
  • Kudu bisa kabulu kabale Kudu bisa mawa awak.
  • Kudu bisa ngeureut neundeun Kudu bisa nyukupkeun rejeki atawa pangala anu saeutik.
  • Kudu bisa pindah cai pindah tampian Kudu bisa nyaluyukeun manأ©h jeung lingkungan anu anyar dicicingan.
  • Kudu boga pikir kadua leutik Ulah sabongbrong teuing, kudu aya pikir rangkepan, kudu aya rasa curiga.
  • Kudu hade gogod hade tagog Hade basa jeung hade tingkah lacuna.
  • Kudu nepi memeh indit Kudu direncanakan kalawan asak.
  • Kujang dua pangadekna Hiji pagawean anu ngandung dua rupa maksud.
  • Kulak canggeum bagja awak Milik hade atawa goreng anu geus ditangtukeun ti ajalina keneh ku Gusti Nu Maha Suci.
  • Kumaha bule hideungna bae Kumaha engke bae buktina, kumaha behna.
  • Kumaha kejebur caina geletuk batuna kumaha jadina bae, henteu jadi pikiran.
  • Kunang kunang nerus bumi Ramana geus teu jeneng deui, di putrana awal ahir aya nu jeneng cara ramana.
  • Kuru cileuh kentel peujit Daek tirakat, ngadoakeun budak sangkan sangkan junun.
  • Kurung batok teu resep nyanyabaan, ni’mat cicing diimah bae.
  • Lain ku tulang munding kabeureuyan mah, ku cucuk peda arek cilaka mah ku kasalahan anu leutik oge bisa, teu kudu ku kasalahan anu gede bae.
  • Lain lantung tambuh laku, lain lentang tanpa beja lain leumpang maladra Indit ti imah kalawan ngandung maksud anu tangtu, lain lapmah sakaparan paran henteu puguh anu dijugjug.
  • Landung kandungan laer aisan Gede timbanganana, gede pangampurana.
  • Langsung saur bahe carek Sok gampang ngagelendeng atawa nyarekan.
  • Lauk buruk milu mijah = piritan milu endogan pipilueun kana hiji kalakuan ku lantaran kabawakeun ku batur, henteu kalawan kahayang sorangan, nepi ka goreng katenjona.
  • Legok tapak genteng kadek Loba luangna pangalamanana jeung kanyahona.
  • Leubeut buah hejo daun Keur meujeuhna loba rejeki, loba pakaya.
  • Leuleus jeujeur liat tali pohara adilna, dina mutus hiji perkara tara beurat sabeulah, jeung loba pertimbanganana.
  • Leunggeuh cau beuleum Teu lutreuk dina ngajalankeun hiji pagawean.
  • Leutik burih euweuh kawani.
  • Leutik cahak, gede cohok Ari panghasilan saeutik tapi ari pangaluaran mah gede.
  • Leutik leutik ngagalatik Sanajan leutik awakna henteu jangkung tur gede, tapi leber ku wawanen.
  • Leutik ringkang gede bugang Jelema mah teu beunang disapirakeun sabab sanajan leutik warugana, dina aya papaitna atawa bobor karahayuan mah bisa jadi kasusah sarerea.
  • Leuwi jero beunang diteuleuman, hate jelema najan deet teu kakobet Hade gorengna pikiran jelema hese dikira kirana.
  • Lieuk euweuh ragap taya Teuing ku miskin nepi ka teu boga naon naon.
  • Loba teuing jaksa loba teuing anu pinter nu ngatur jeung mapatahan, balukarna matak bingung nu dipapatahan.
  • Lodong kosong ngelentrung Kalah ka loba omong bae, ari pangartina mah euweuh.
  • Luhur kuta gede dunya Gagah tur beunghar taya kakurang.
  • Luncat mulang Teu beunang dicekelan omonganana, ayeuna kieu engke mah kitu.
  • Lungguh tutut Katenjona siga lungguh tapi saenyana mah henteu.
  • Malengpeng pakel ku munding, ngajul bulan ku asiwung Ngajalankeun (mikarep) hiji perkara anu taya pihasileunana.
  • Maliding sanak Henteu adil, pilih kasih.
  • Mangpengkeun kuya ka leuwi Nitah mulang ka lemburna, atawa nitah pindah ka tempat bali geusan ngajadi.
  • Mapay ka puhu leungeun Mamawa ka kolot atawa ka guru, turtaning kolot atawa guru mah teu nyaho naon naon jeung euweuh patalina saeutik eutik acan.
  • Marebutkeun paisan kosong Marebutkeun hiji perkara anu teu aya hasilna atawa mangpaatna.
  • Maut nyere ka congona Keur ngora senang, tapi ari ka kolotnakeun susah.
  • Melengkung bekas inhalan Ari keur ngora keneh bageur tapi kakolotnakeun jadi teu bageur.
  • Mere langgir kalieun Mere naon naon anu bisa jadi aya pisusaheunana atawa pibahlaeunana.
  • Meuli teri meunang japuh = nyair hurang meunang kancra kalawan teu disangka sangka meunang milik, darajat atawa kauntungan anu leuwih gede.
  • Meungpeun carang ku ayakan Nyaho yen batur teh salah atawa migawe anu dilarang ku Nagara, tapi teu kitu kieu kalahka api api teu nyaho.
  • Meungpeung teugeu harianeun Embung pisan tutulung ka batur nu keur susah atawa loba kabutuh.
  • Miceun batok meunang coet Miceun nu goreng kulantaran hayang meunang anu alus, tapi tungtungna meunang nu goreng deui bae.
  • Mindingan beungeut ku saweuy ari hate goreng, ngan budi parangi marahmay, perluna pikeun mindingan hate nu goreng tea maksudna supaya ulah kaciri tea.
  • Mipit teu amit ngala teu menta Maling boga batur.
  • Miyuni hayam kabiri Leutik burih babari sumerah eleh atawa lalaki nu babari sumerah ka awewe.
  • Moal ceurik menta eusi Keun bae mawa wadah anu gede oge da lain hayang loba diberena.
  • Moal neangan jurig teu kadeuleu arek nyekel jelema nu aya bae, moal neangan jelema nu euweuh.
  • Mobok manggih gorowong Aya lantaran pikeun ngalaksanakeun kahayang anu henteu gampang pihasileun.
  • Mobok manggih gorowong meunang jalan pikeun ngalaksanakeun kahayang.
  • Monyet kapalingan jagong Tukang maling kapalingan, tukang tipu katipu, tukang ngarah nagrinah karoroncodan.
  • Mopo memeh nanggung Hoream, teu sanggup samemeh prak.
  • Mun teu ngakal moal ngakeul mun teu usaha moal pinanggih jeung rejeki pibekeleun hirup.
  • Ngajul bulan ku asiwung, mesek kalapa ku jara usaha anu mubadir, moal ngadatangkeun hasil (asiwung; kapas nu geus diberesihan sikina, biasana dipake keur mayit nutupan liang-liangan).
  • Ngadu angklung di pasar papaduan nguruskeun nu euweuh mangpaatna di hareupeun jalma loba.
  • Ngadu ngadu rajawisuna mawakeun omongan si a ka si b jeung sabalikna, temahna si a jeung si b pasea, parerea omong.
  • Mun teu ngoprek, moal nyapek. Mun teu ngakal moal ngakeul. Mun teu ngarah moal ngarih Lamun teu digawe niar kipayah tangtu pisusaheun pikeun hirup.
  • Muncang labuh ka puhu, kebo mulih pakandangan Mulang ka lemburna sabada mang taun taun aya di pangumbaraan/ panyabaan.
  • Mupugkeun tai kanjut Ngetrukeun pangaboga dina waktuna nyunatan atawa ngawinkeun anak anu kacida dipikameumeutna.
  • Naheun bubu pahareup hareup dina pangabutuh silih injeuman duit.
  • Nangkeup mawa eunyeuh mawa cilaka ka jelema anu dipentaan tulung jeung geus nulungan ka urang.
  • Nangtung kariung ngadeg karageman Ngariung rarageman ngabadamikeun hiji perkara.
  • Nepak cai malar ceret Ngomongkeun jeung ngagogoreng batur, supaya batur teh ragrag ngarana jeung kawentar kagorenganana.
  • Nepakeun jurig pateuh Puguh urang nu goreng tapi kagorengan urang teh ditamplokeun ka batur sangkan urang sorangan salamet.
  • Nete porot ngeumbing lesot Cukup ari ihtiar mah kalawan mangrupa rupa akal tarekah tapi teu hasil bae.
  • Nete semplek nincak semplak Kieu salah kitu salah.
  • Nete semplek nincak semplak Ninggang dina salah jeung rugi bae, turug turug kasusah nambahan deuih.
  • Nete taraje, nincak hambalan Kudu merenah, lamun aya uruskeuneun teh urang kudu datang ka nu handap heula, kakara terus kaluhur.
  • Neukteuk curuk dina pingping Ngadakwakeun nu lian, tapi nu ngadakwakeunana meula susah, sabab milu katarik kana perkara, milu adu hareupan jeung hakim.
  • Neukteuk mani anggeus, rokrok pondokeun peunggas harupateun Heuras hatena teu sabar dina nyanghareupan rupa rupa kasusahan jeung babari luluasan.
  • Neundeun piheuleut nunda picela Neangan pilantaraneun supaya jadi goreng supaya temahna papisahan teu ngahiji deui.
  • Ngabأ©jaan bulu tuur Ngabأ©jaan jalma nu geus nyahoeun.
  • Ngabudi ucing teu wani nembongkeun atawa ngedalkeun kahayang atawa kadeudeuh.
  • Ngadagoan kuah beukah Ngadagoan pasesaan kadaharan (Hal ieu ngan wungkul tukang babantu di imah batur bae, anu saenyana mah ayana tukang babantu teh henteu perlu).
  • Ngadagoan uncal mabal Ngadagoan jeung mikahayang kana rejeki tapi sungkan ihtiar pikeun ngadatangkeun eta rejeki.
  • Ngadaweung ngabangbang areuy pohara nineungna kana jaman nu geus kasorang nepi ka matak waas pacampur jeung sedih.
  • Ngadek sacekna, nilas saplasna Ngomong/nyarita anu teu dileuwihan atawa dikurangan.
  • Ngadeupaan lincar ngadeukeutan anu keur sidekah atawa kariaan, supaya katenjo ku anu boga imah jeung diajak dahar.
  • Ngagandong kejo susah nyatu loba ari titaheun mah boh anak boh bujang ngan hanjakal ku hese nitah, euweuh nu daekeun ari dititah teh.
  • Ngagedag bari mulungan Nanyakeun hiji perkara ka batur anu urang tacan nyaho, tapi embung kanyahoan yen urang tacan nyaho, kulantaran kitu api api geus nyaho bae.
  • Ngaliarkeun taleus ateul ngabeja bejakeun kagorengan atawa kajahatan batur.
  • Ngaliarkeun taleus ateul Ngabeja bejakeun kagorengan batur atawa kajahatan anu lian.
  • Ngarep ngarep bentang ragrag Ngarep-ngarep nu pamohalan bakal kasorang atawa kajadian.
  • Ngarep ngarep kalangkang heulang Ngarep ngarep hiji perkara anu kacida banggana jeung sudah pihasileunana.
  • Ngawur kasintu, nyieuhkeun hayam ngaraeh jeung darehdeh ka deungeun, sabab hayang kapuji, tapi teu nolih jeung nyapirakeun ka dulur atawa ka baraya sorangan.
  • Ngeplek jawer, ngandar jangjang, miyuni hayam kabiri Leutik burih, borangan, sieunan, kecing.
  • Ngeduk cikur kedah mihatur nyokel jahe kedah micarek Lamun nyokot hiji hal kudu saidin anu boga.
  • Ngeupeul ngahuapan maneh Lungas lengis mikawelas mikaasih ka diri sorangan, supaya batur welaseun jeung nulungan ka urang.
  • Nginjing sila, bengkok sembah goreng hate, teu satia ka anu jadi pamingpin atawa dunungan.
  • Ngodok liang buntu hese cape taya gawe, susah payah taya guna sanajan tihothat oge moal atawa henteu beubeunangan.
  • Ngodok liang jero Teu hasil enggoning nyiar rejeki, kaditu kadieu luput bae.
  • Ngukur ka kujur nimbang ka awak Ngaluarkeun duit pikeun kaperluan hirup, pakan, pake jste disaluyukeun jeung pangala.
  • Ngukut kuda kuru ari geus gede sok nyepak Ngukut bujang anu tadina pohara balangsakna, susak dahar susah make, tapi ari geus mulya awak lintuh jeung pake hade, ngalawan ka anu jadi dunungan.
  • Ngusap birit bari indit kulantaran ambek nyedek atawa era paraa, leos bae indit, teu amit heula ka anu araya didinya.
  • Nimu luang tinu burang Nambahan luang atawa pangarti waktu keur pinanggih jeung kacilakaan atawa hukuman.
  • Nincak parahu dua Ngadunungan ka duaan atawa boga dua pausahaan.
  • Ninggang kana kekecrekna Keur mah goreng rupana, goreng laku lampahna deuih.
  • Nini nini dikeningan, awewe randa dihiasan Ngamahalkeun barang naon bae anu geus ruksak.
  • Noong ka kolong Leutik hate, leutik pangharepan.
  • Nu asih dipulang sengit, nu haat dipulang moha nu hade jeung loba jasana ka diri urang, dinyenyeri ku urang, ku omongan atawa ku kalakuan anu goreng.
  • Nu borok dirorojok = nu titeuleum disimbeuhan nu keur susah ditambah kasusahanana, nu keur nyeri ditambah kanyerina.
  • Nu borok dirorojok, nu titeuleum disimbeuhan Nu keur susah ditambah deui kasusahna.
  • Nu burung diangklungan, nu edan dikendangan ngahaminan omongan atawa carita batur, sanajan ceuk hate sorangan eta omongan atawa carita teh salah.
  • Nu tani kari daki, nu dagang kari hutang Nu tani jeung nu dagang sarua ripuhna, euweuh nu mulya.
  • Nuju hirup ninggang wirahma Ngeunaan ka jelema anu keur alus milik.
  • Nuturkeun indung suku Leumpang sakaparan-paran, ku sabab henteu puguh tujuan.
  • Nulungan anjing kadempet nulungan jelema nu teu boga pisan rasa tumarima.
  • Nya di hurang nya dikeuyeup Di unggal jelema oge taya bedana, sarua bae, mungguhing wiwirang atawa katugenah hate mah boh di menak boh disomah sarua bae.
  • Nya ngagogog nya mantog Nya nitah ka batur nya prak kumanehna.
  • Nya picung nya hulu maung Nu nanya jeung nu ngajawab teu sapagodos, pananya jeung jawaban pasalia, henteu nyambung.
  • Nyaeuran gunung ku taneuh, sagara ku uyah nambahan kauntungan atawa kakayaan ka anu geus beunghar.
  • Nyair hurang meunang kancra Sugan the rek meunang kauntungan, kamuliaan atawa bagja anu leutik manahoreng meunang kauntungan atawa bagja anu gede.
  • Nyaliksik ka buuk leutik Nyusahkeun, peperedih atawa pepentaan ka jelema anu sahandapeun darajatna jeung pangabogana.
  • Nyalindung ka gelung Milu hirup ka pamajikan anu loba pakayana.
  • Nyanggakeun suku genteng belokeun, beuheung teukteukeun, disiksik dikunyit kunyit, dicacag diwalang walang Sumerah, masrahkeun diri rek dibeureum rek dihideung kari kumaha didinya bae, dina rumasa geus salah atawa rumasa boga dosa.
  • Nyanghulu ka jarian Ngawula ka jelema anu sahandapeun harkatna atawa pangartina.
  • Nyaur kudu diukur nyabda kudu di unggang Nyarita kudu pas, eces, ngabogaan harti.
  • Nyeri beuheung sosonggeteun Pohara ngarep ngarepna, tapi anu diarep arep teu jol bae datang.
  • Nyeungeut damar di suhunan mintonkeun kakayaan, atawa barangbere supaya dipuji.
  • Nyeungseurikeun upih ragrag Akey akeyan nyeungseurikeun batur, dumeh buuk geus bodas huntu geus ompong, tonggong geus bengkung turtaning ieu the kahareup mah ku urang sarerea bakal kasorang.
  • Nyiar batuk piaraheun Nyiar pigujrudeun, pipaseaeun.
  • Nyicikeun cai, murulukeun lebu turun cadu (cacaduan), pantang ngalampahkeun hiji perkara anu dilarang ku luluhur.
  • Nyieun catur taya dapur nganggit hiji dongeng nu teu aya galurna.
  • Nyieun heuleur jeroeun huma Henteu raket jeung dulur pahare-hare bae.
  • Nyieun pucuk ti girang pangheulana neangan piaseaeun.
  • Nyiruan mah teu resepeun nyeuseup nu pait Lumrahna manusa teu resep reureujeungan jeung nu teu boga.
  • Nyiuk cai ku ayakan Pagawean nu mubadir, moal ngahasilkeun naon naon.
  • Nyium bari ngegel Omongannana hade ngan hate jeung maksudna goreng . Salakina dipisobat ari pamjikanana dibogohan atawa sabalikna.
  • Nyokot lesot ngeumbing porot Teu aya usaha anu ngahasilkeun.
  • Nyolok mata buncelik nganyenyeri, ngahina atawa ngawiwirang di hareupeunana.
  • Nyuhun nanggung ngelek ngegel Rebo pisan, babawaanana loba naker.
  • Nyuhunkeun bobot pangayon timbang taraju Menta pangampura jeung menta timbangan da geus puguh rumasa ari salah jeung dosa mah.
  • Nyukcruk walungan mapay mapay wahangan Kalawan taliti pisan nalungtik luluhur, imeut pisan pancakakina.
  • Omong harus batan goong Beja the gancang naker nerekabna, malah sasarina mah beja anu nerekab teh leuwih hebat batan aslina.
  • Owah gingsir Hanteu tetep, henteu ajeg, gunta ganti pamadegan.
  • Paanteur-anteur julang silih anteur nepi ka aya dua tilu kalina.
  • Pacikrak ngalawan merak Tangtu elehna sabab nu leutik ngalawan anu gede.
  • Pada rubak sisi samping Sarua bae pada loba luangna, pada loba pangalamanana.
  • Pagirang girang tampian Paunggul unggul dina neangan pangupa jira (Paunggul unggul nyiar rejeki, teu daek silih seblokan).
  • Paheuyeuk heuyeuk leungeun Silih bantuan, silih belaan, silih tulungan.
  • Pait daging pahang tulang Arang gering.
  • Pait daging pahang tulang cageur teu keuna ku panyakit naon bae.
  • Pakotrek iteuk Laki rabi ti ngongora napi kakolot pisan, pada pada geus jadi aki-aki nini-nini.
  • Paluhur luhur diuk pagede gede kauntungan dina nyiar kipayah.
  • Panday tara bogaeun bedog Sasarina ari tukang mah sok tara bogaeun.
  • Papadon los ka kolong Cidra jangji, teu nedunan jangjina.
  • Peureum kadeuleu beunta karasa Inget bae, teu bisa poho. Biasana mah lain kana barang tapi ka jelema anu dipikancinta.
  • Piit ngeundeuk ngeundeuk pasir mikarep kaanu lain babadna, tangtu moal kasorang.
  • Pindah cai pindah tampian Robahna tempat matuh robah adat jeung kabiasaan.
  • Pinter aling laing bodo Pinter tapi embung kanyahoan ku batur, kusabab eta nyeta nyeta anu bodo.
  • Pipilih meunang nu leuwih koceplak meunang nu pecak Milih kalawan ati ati pisan ku lantaran hayang meunang nu leuwih hade, ngan ahirna meunang nu leuwih goreng.
  • Piruruhan katengahimahkeun Nu dusun didikan dibawa kana pasamoan.
  • Poأ©k mongklأ©ng buta rajin (atawa buta radin) Poأ©k pisan.
  • Pondok jodo panjang baraya Saha ogأ© jodoh urang silaturahmi kudu tetep dijaga.
  • Pupulur memeh mantun Menta ganjaran memeh aya jasa atawa menta buruhan memeh prak digawe.
  • Pur kuntul kari tunggul, lar gagak kari tunggak, tunggak kacuwatan daging Dina cidrana anu diborehan, boreh anu katempuhan, kudu mayaran hutang anu dipangnanggungkeun.
  • Puraga tamba kadengda Migawe hiji pagawean henteu jeung enya enya. Henteu ngandung maksud supaya hade hasilna ieu mah pada ulah dipaido bae.
  • Raweuy beuweungeun rambay alaeun Loba dahareun da loba pepelakan.
  • Rumbak caringin di buruan dina hiji kasusah atawa karerepet geus boga teu boga kolot anu mepelingan ka urang.
  • Rumbak kuntieun Henteu lengkep, aya bae anu kurang nu matak cua kana hate.
  • Rup ku padung rap ku lemah, katuruban ku taneuh beureum Maot. Sasarina ngeunaan kanyeri anu satungtung hirup moal poho sanajan nepi ka maot.
  • Rusuh luput gancang pincang Migawe naon bae anu rurusuhan, temahna matak kaduhung sabab hasilna teu matak nyugemakeun.
  • Sabobot sapihanean Sauyunan, sapapait samamanis sabagja sacilaka.
  • Sabuni buni anu ngising sanajan dibunian atawa disumputkeun oge ari laku lampah anu goreng mah awal akhir sok kudu kanyahoan bae.
  • Sagalak galakna macan taru nyatu anakna sanajan pohara bengisna nu jadi indung-bapa, umuna tara tega ka anu jadi anak.
  • Sagolek pangkek sacangreud pageuh Hanteu cidra kana jangji.
  • Saherang herangna cai beas Galibna hate teh hese pisan beresihna ka jelema anu geus bukti tas nganyernyeri ka urang.
  • Saherang herangna cibeas, moal herang cara cisumur Sasarina lamun geus aya pacengkadan sok tara hade deui cara bareto samemeh aya pacengkadan.
  • Sakecap kadua gobang Gampang ngambek jeung gampang ngadek deuih.
  • Sakiriciking duit sakocopoking bogo Naon bae anu matak narik kana hate urang.
  • Saluhur luhur punduk tara ngaliwatan hulu Sapinter pinterna murid pangartina moal ngaluhuran guru.
  • Samar polah samar rasa Henteu puguh tingkah upamana ku sabab tepung jeung jalma anu dipikacinta tapi kakara disidem dina hatأ© baأ©, tacan bruk-brak
  • Sangsara di geusan betah Teuing ku miskin, teu boga naon naon pisan kulantaran geus embung digawe nyiar kipayah. Anehna the ari hirup mah hayang keneh.
  • Sapu nyere pegat simpay Paturay papisahan.
  • Sareundeuk saigel sabobot sapihanean sabata sarimbangan Sauyunan, layeut, tara aya pacengkadan.
  • Satengah buah leunca Teu jejeg ingetan, langlang lingling, kurang saeundan.
  • Satungtung deuleu Ngagambarkeun anu upluk-aplak lega pisan
  • Saumur nyunyuhun hulu Saumur hirup rumingkang di bumi alam.
  • Saungkab peundeuy Omongan anu pondok tur kurang manis.
  • Sengserang padung Ngeunaan awewe atawa lalaki anu boga keneh napsuna cara baheula keur ngora keneh, sasarina aya di jelema nu geus kolot, nu tereh paeh.
  • Sentak badakeun teu ceehan dina gawe, mimiti pohara getolna, tapi beuki lila beuki ngedul nu tungtungna teh diantep teu dipigawe pisan.
  • Sereg di panto logor di liang jarum nyingkahan hirup kumbuh jelema loba, sabab loba dosa, loba kasieun jeung kaera, betahna dinu suni nu teu aya jelema.
  • Sereg dibuana logor diliang jarum Kulantaran loba kasalahan atawa dosa, embung cicing di nu rame, sabab sieun, karesepna the di nu suni, nu euweuh jelema.
  • Seukeut ambeu seukeut deuleu loba mata-matana jeung pinter nyusud perkara (keur pagawean pulisi).
  • Seukeut tambang manan gobang Sakumaha gagahna wanina jeung ngalawana oge jalma jahat mah awal ahir tangtu katangkep pulisi.
  • Seuneu hurung cai caah Keur ambek, keur amarah, keur napsu.
  • Seuneu hurung dipancaran Nu keur napsu, heug ditambahan pisan pikakeuheuleun, tangtu bae ngambekna jadi tambah.
  • Seungit angin-anginan Seungit pisan meleber ka mana-mana
  • Seuseut batan neureuy keueus Hese pisan.
  • Sibanyo laleur Ledis pisan, teu nyesa saeutik eutik acan.
  • Silih jenggut jeung nu gundul Mأ©nta tulung ka papada anu sarua butuhna atawa sarua papada henteu boga.
  • Sirung ngaliwatan tunggul Darajat atawa milik anak ngaliwatan bapa.
  • Sosoroh ngadon kojor Kikiriman ku lantaran aya pangarahan tapi boro boro meunang kauntungan, kalahka meunang wiwirang jeung karugian.
  • Tamiang meulit ka bitis Malindes ka diri sorangan.
  • Tamplok batokeun Berehan teuing nepi ka urang mah susah.
  • Taraje nangeuh dulang pinande Saban tugas kudu dilaksanakeun kalawan alus sarta bener.
  • Taya tangan pangawasa Jiga anu dipupul bayu, henteu boga tanaga.
  • Taya halodo panyadapan taya eureuna digelendeng atawa di dicarekan (Terus bae digelendeng atawa dicarekan).
  • Teng anak teng, anak merak kukuncungan sipat-sipat nu aya di anak, babakuna nu hadena, sasarina loba anu diturunkeun ku kolotna.
  • Teu aya sarebuk samerang nyamu Teu aya saeutik eutik acan.
  • Teu beunang dikoet kunu keked Teuing ku koret, tara pisan tutulung ka nu butuh tatalang ka nu susah.
  • Teu boga pikir rangkepan Teu boga curiga saeutik eutik acan.
  • Teu busik bulu salambar teu regrog regrog, malah unggul dina juritna.
  • Teu cari ka Batawi tapi ka salaki hakan pake hayang ti salaki.
  • Teu diambeuan teu dipikarisi, teu dipikagimir, teu dihargaan/diajenan.
  • Teu didingding kelir teu dibuni buni, ditembrakeun bae, teu dirasiahkeun.
  • Teu dipiceun sasieur Sarua pisan teu aya bedana saeutik eutik acan.
  • Teu ditari teu ditakon Teu dipalire diantep bae, teu ditanya tanya acan.
  • Teu gugur teu angina Samemeh kajadian naon naon, teu aya pisan beja, lantaran atawa ciciren.
  • Teu jauh ti tihang juru teu anggang ti tihang tengah Nya goreng rupana nya goreng kalakuanana sok daek pulang paling.
  • Teu mais teu meuleum teu aya patalina pisan, teu pipilueun.
  • Teu ngalarung nu burung, teu nyesakeun nu edan ngalajur napsu ka awewe, ka anu halal jeung anu haram oge disaruakeun bae.
  • Teu nginjeum ceuli teu nginjeum mata Ngadenge jeung nenjo sorangan lain cenah jeung baruk.
  • Teu nyaho di alip bingkeng bodo teu bisa maca-maca acan, da teu sakola.
  • Teu puguh alang ujurna teu puguh entep seureuhna, teu beres lain kitu kuduna.
  • Teu wawuh wuwuh pajauh, teu loma tambah paanggang Sing wawuh tur sing loma sabab balukarna alus pisan.
  • Teui hir teu walahir, teu kakak, teu caladi teu aro aro acan Teu baraya, teu kaka, teu adi teu alo alo acan. Deungeun deungeun tulen.
  • Ti luhur sausap rambut ti handap sahibas dampal Menta dihampura tina rumasa geus salah atawa boga dosa.
  • Ti peuting kapalingan ti beurang kasayaban Sababaraha kali karurugian atawa karoroncodan.
  • Tiis ceuli herang mata ngeunah hate kulantaran ngeunah deudeuleuan jeung dedengean.
  • Tikoro andon peso ngadeukeutan jelema nu bakal ngahukum atawa nganyenyeri ka diri urang.
  • Tinggar kalongeun Teu sieun atawa teu nurut kulantaran remen teuing digelendeng atawa dicarekan.
  • Tipu keling ragaji Inggris pinter dina kajahatan, pinter dina ngbobodo atawa nipu.
  • Titip diri sangsang badan Mihapekeun maneh.
  • Titirah ngadon kanceuh sejana nyiar kasenangan, tapi jadina pinanggih jeung kasusah nu leuwih gede.
  • Totopong heureut dibeber beber, tangtu soeh nyukupan ku pangala nu sakitu saeutikna, tangtu bae matak jadi susah, lamun rejeki atawa pangala saeutik, ari keperluan jeung pangaluaran anu sakitu lobana.
  • Tugur tundang cuntang gantang Ngajalankeun pagawean pikeun Nagara, babakti ka nagara.
  • Tunggul dirarud catang dirumpak Euweuh anu dipikaserab, terus bae ngalajur napsu.
  • Tunggul sirungan, catang supaan Aya kajadian anu goreng atawa matak teu genah ahirna.
  • Tungkul ka jukut tanggah ka sadapan junun nyanghareupan pagawean anu dipilampah, teu kaganggu ku naon naon.
  • Ulah beunghar memeh boga ulah adigung nyeta nyeta anu beunghar, turtaning henteu atawa tacan boga pakaya.
  • Ulah cara ka kembang malati kudu cara ka picung Ulah sok bosenan ari ka pamajikan teh, hadena mah ti keur ngora keneh nepi ka geus kolot teh, lain beuki lila beuki bosen tapi kudu beuki lila beuki welas asih.
  • Ulah cara ka malati kudu cara ka picung Ulah ngurangan kanyaah kudu beuki lila beuki nyaah.
  • Ulah kabawa ku sakaba-kaba ulah kabawa ku nu teu puguh, maksudna kabawa jurig, dedemit.
  • Ulah keok memeh dipacok Ulah sieun saacan ngalakonan.
  • Ulah leutik hatأ© Ulah sieun atawa putus pangharepan.
  • Ulah lunca linci luncat mulang udar tina tali gadang, omat ulah lali tina purwadaksina Kudu nuturkeun أ©tika anu aya.
  • Ulah muragkeun duwegan ti luhur masing nyaah kana rejeki meunang hese cape ladang kesang, pacuan arek dimonyah monyah.
  • Ulah ngaliarkeun taleus ateul Ulah nyeubarkeun fitnah.
  • Ulah ngukur baju sasereg awak Ulah menyimpulkan nurutkeun diri sorangan
  • Ulah pagiri- giri calik, pagirang- girang tampian Ulah rebutan kakawasaan
  • Ulah pangkat memeh jeneng Ulah adigung adiguna hayang nyaruaan ka nu geus jeneng.
  • Ulah tiis tiis jahe kudu iatna, kudu cingceung.
  • Ulah unggut kalinduan ulah gedag kaanginan Ulah kagoda, ulah kaganggu atawa kabengbat ku rypa rupa, lamun urang keur nyanghareupan hiji maksud anu hade.
  • Uncal tara ridu ku tanduk Duduluran karumpul kabeh.
  • Ulah nyaliksik ku buuk leutik Ulah nyangsarakeun rakyat leutik.
  • Uyah tara tees kaluhur Galibna sipat indung bapa anu harade atawa anu goreng sok diturunkeun ka anak incuna.
  • Waspada permana tingal Bisa nyaho kana naon naon anu bakal kajadian.
  • Wiwirang di kolong catang nya gede nya panjang wiwirang nau pohara gedena.
Sumber : Majalah Cupumanik